Tukang Becak
Oleh : Faidin
Nim : 1605106
Kehidupan sukar akan makna, berpikir mencari nafkah
menjadi suatu konstruksi pemikiran yang dibagun dalam akal pikiran tukang
becak, memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang, membiayai keluarga, dan anak-anaknya.
Cara berpikir ini sudah menjadi dogma dalam perilaku tukang becak, tidak heran
kita melihat tukang becak yang nongkrong dipingir jalan dengan koleganya
berbica mengenai sudah seberapa banyak penumpang yang kamu angkut, sudah berapa
tarikan yang kamu dapatkan hari ini, sudah menjadi wacana tanpa pamrih dalam
benak tukang becak, hidup serba kekurangan, tapi motivasi mereka luar biasa
berserah diri sama yang kuasa dengan usaha menarik beca.
Apadaya keadaan dalam bermasyarakat kontemporer ini yang
kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin, penarik beca tambah tertindas yang
berjaya kendaraan serba online, paradigma postivisme atau dikenal dengan paradigma
yang dibagun atas modern atau
universalitas, yang mengangap manusialah yang berhak mengatur dunia dan tidak
heran kemudian industri merajalela, kendaraan berasap dimana-mana, menebang
pohon sehingga ekosistem rusak, yang dikenal dengan eksploitasi besar-besaran.
Oleh manusia yang berkuasa bisa dikatakan pertentangan kaum proletar dan
borjuasi yang terus berjalan. Dengan praktek pengusaha dan pengemis.
Aneh rasanya ketika melihat ada para tukang becak pegang
handphone yang canggih dan kandang kala mereka tidak memilikinya, tentu keadaan
ini pula ynag membuat mereka bertahan dengan cara berpikir tradisional, dengan
membawa kendaraan yang tidak polusi, aman dan nyaman, menjadi suatu keunikan
tersendiri bagi tukang becak. Kendala-kendala yang dihadapi oleh tukang becak
yaitu kalah bersaing dengan kolong merat yang memiliki HP canggih, namun dengan perilaku dan tindakan tukang
becak ini sebenarnya mampu menjaga ekosistem bumi serta menjaga oksigen yang
selalu dihirup oleh manusia, sehingga dikenal dengan ramah lingkungan.
Sungguh ironi bila tukang becak tidak dapat bertahan dengan
persaingan yang begitu ketat, karena sudah jarang kita lihat tukang becak
berkeliaran untuk mencari penumpang, mereka hanya mangkal ditempat biasa, walau
demikian mereka bisa bertahan, walau tertempa dijaman yang seram dan suram.
Tukang becak seharusnya menjadi suatu cerminan untuk melihat kehidupan manusia
kini, karena kita masih mengikuti hidup dalam pangan positivisme yang mengangan
hidup itu berkelanjutan mulai lahir, beranjak kanak-kanak, bisa jalan,
berbicara, bisa berpikir, remaja, dewasa, dan tua. Menjadikan cara berpikir ini
terus naik-dan naik, tidak seperti pandagan posmodernisme yang membawa manusia
pada suatu dekonstruksi dengan membongkar keadaan dan membangun suatu yang baru
dan unik, maka tukang becak ini untuk menjawab tantangan abad dua 21 harus
terlihat unik dan menarik, serta mampu dengan cara membangun kreativitas dan
inonovasi dengan becaknya.
Tantangan abad 21 satu sudah menjadi tantangan yang tidak
bisa dipungkiri lagi akan ada dan berdampak pada kehidupan masyarakat, untuk
menjawab itu dilingkungan tukang becak harus ada kegiatan yang dapat membangun
cakrawala berpikir tukang becak sehingga tidak menjual becaknya tapi bagaimana
becak ini dapat menarik perhatian wisatawan baik dalam negeri maupun luar
negeri. Dengan demikian tukang becak dapat menyaingi kendaran yang serba
online. Maka akan terjadi suatu emansipasi dengan cara berpikir yang seimbang
dalam hal ini paulo freire, mengatakan pendidikan harus dapat membebaskan. Maka
tukang becak juga harus dapat keluar dari kondisi yang kurang menguntungkan
buat mereka.
Kendaraan yang ramah lingkungan akan dapat dijaga jika
cara berpikir antroposentris ditinggalkan dan kembali pada ekosentris, atau
dalam buku (Supriatna, N) dikenal dengan ekopedagogik, yang menganggap
pentingnya lingkungan untuk dijaga dan dilestarikan tentu melalui proses
pendidikan atau mendidik generasi bangsa sebagai cara untuk melahirkan peserta
didik yang memiliki cara berpikir yang konstruktif. Memang aneh kelihatannya
namun posmoderent memberikan bukti bahwa dapat dilakukan suatu dekonstruksi yang
mampu melahirkan suatu produk becak yang unik yang dapat membantu ekonomi
tukang becak. Kalau tidak demikian jangan heran melihat tukang becak menderita,
susah, berpenyakitan, karena apa ekonomi yang tidak mendukung untuk makan saja
susah apalagi mau berobat, walau ada yang gratis tapi itu tidak menjamin.
Mengutip dari pemikiran Capra maka alam ini harus dijaga
dengan cara memelihara lingkungan melalui cara berpikir bahwa manusia dan alam
memiliki peran yang seimbang, dan dapat membuat lingkungan ini terjaga. kembali
lagi kendaraan yang dapat menjawab itu semua adalah tukang becak, bukan ,motor,
mobil, dll. Sudah menjadi bukti melihat kemacetan dimana-mana diakibatkan oleh
banyaknya kendaraan yang berjalan sehingga polusi udara membuat yang
menghirupnya berpenyakitan. Coba dibangun cara berpikir dengan pandangan Jurgen
Habermas, yang menganngap bahwa untuk membagun pengetahuan, serta sejarah perlu
ada cara pandang yang menjadi suatu pedoman yaitu adanya pertanyaan emansipasi,
bagaimana keseimbangan inilah yang harus terus dijaga dan dibangun dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Pendidikan sangat penting bagi para tukang becak, kenapa
demikian karena banyak diantara anak tukang becak hanya berpendidikan sampai
SMA dan tidak jarang juga yang tamat sampai SD dan SMP. Ini suatu ironi karena
masih banyak anak tukang becak tidak bisa melanjutkan pada perguruan tinggi. Masalah
yang serius bagi generasi yang dilahirkan oleh orangtua yang berprofesi sebagai
tukang becak. Karena cara berpikir orang tua juga yang masih salah kaprah
mengaggap pendidikan itu cukup sampai SMA saja setelah itu bekerja, namun apa
yang terjadi banyak penganguran, orang yang meminta-minta akibat tidak bisa
ditampung oleh dunia kerja. Tentu yang perlu diribah baik dari anak-anak tukang
becak serta mereka sebagai orang tua. Menjadi objek yang harus dilakukan
dekonstruksi pemikiranya agar pemikiran mereka tidak kolot lagi tapi bagiamana
pemikiran mereka maju dan dapat bersaing pada era globalisasi saat ini.
Kebangkitan tukang becak tidaklah semudah yang
dibayangkan, namun bagimana tukang becak ini menjadi suatu yang memiliki nilai
yang kongkrit perlu adanya langkah perbaikan yang ada dalam cara berpikirnya,
walaupu mereka miskin, tidak berpenghasilan banyak tapi morivasi mereka harus
terus dijaga agar anak-anak yang dilahirkan dari mereka dapat berpikir yang
seimbang dengan anak-anak yang lain. sejarah sebagai suatu konstruksi ideologis
bisa digunakan untuk membantu mereka mengali potensi karena sejarah adalah suatu
carapandang yang melihat masalalu, kini dan yang akan datang. Tentu untuk
mebangun cara berpikir seperti iu sejarah harus terus ditanamkan dalam
libgkungan anak-anak agar mereka senag dan bangga dengan orang tua mereka yang
selalu menjaga ekosistem.
Solusi kongkrit dari penulis bahwa tukang becak harus
dipertahankan, dengan apa? Yaitu dengan membuat becak yang unik berdasarkan
cara pandag posmodernisme dan dibuatkan tulisan tentang sejarahnya
dekonstruktif dan dengan paradigma ekosentris becak menjadi suatu alat
trasportasi yang unik dan ramah lingkungan. Serta dengan cara berpikir kiritis
yaitu yang dirubah ialah tukang becak dan generasi yang mereka lahirkan,
sehingga melahikan suatu generasi yang memiliki potensi untuk bersaig secara cerdas dan mengedepankan akal sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar