Senin, 18 Desember 2017

Tukang Becak



Tukang Becak

Oleh : Faidin
Nim : 1605106
Kehidupan sukar akan makna, berpikir mencari nafkah menjadi suatu konstruksi pemikiran yang dibagun dalam akal pikiran tukang becak, memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang, membiayai keluarga, dan anak-anaknya. Cara berpikir ini sudah menjadi dogma dalam perilaku tukang becak, tidak heran kita melihat tukang becak yang nongkrong dipingir jalan dengan koleganya berbica mengenai sudah seberapa banyak penumpang yang kamu angkut, sudah berapa tarikan yang kamu dapatkan hari ini, sudah menjadi wacana tanpa pamrih dalam benak tukang becak, hidup serba kekurangan, tapi motivasi mereka luar biasa berserah diri sama yang kuasa dengan usaha menarik beca.
Apadaya keadaan dalam bermasyarakat kontemporer ini yang kaya tambah kaya, yang miskin tambah miskin, penarik beca tambah tertindas yang berjaya kendaraan serba online, paradigma postivisme atau dikenal dengan paradigma yang dibagun atas modern  atau universalitas, yang mengangap manusialah yang berhak mengatur dunia dan tidak heran kemudian industri merajalela, kendaraan berasap dimana-mana, menebang pohon sehingga ekosistem rusak, yang dikenal dengan eksploitasi besar-besaran. Oleh manusia yang berkuasa bisa dikatakan pertentangan kaum proletar dan borjuasi yang terus berjalan. Dengan praktek pengusaha dan pengemis.
Aneh rasanya ketika melihat ada para tukang becak pegang handphone yang canggih dan kandang kala mereka tidak memilikinya, tentu keadaan ini pula ynag membuat mereka bertahan dengan cara berpikir tradisional, dengan membawa kendaraan yang tidak polusi, aman dan nyaman, menjadi suatu keunikan tersendiri bagi tukang becak. Kendala-kendala yang dihadapi oleh tukang becak yaitu kalah bersaing dengan kolong merat yang memiliki HP canggih,  namun dengan perilaku dan tindakan tukang becak ini sebenarnya mampu menjaga ekosistem bumi serta menjaga oksigen yang selalu dihirup oleh manusia, sehingga dikenal dengan ramah lingkungan.
Sungguh ironi bila tukang becak tidak dapat bertahan dengan persaingan yang begitu ketat, karena sudah jarang kita lihat tukang becak berkeliaran untuk mencari penumpang, mereka hanya mangkal ditempat biasa, walau demikian mereka bisa bertahan, walau tertempa dijaman yang seram dan suram. Tukang becak seharusnya menjadi suatu cerminan untuk melihat kehidupan manusia kini, karena kita masih mengikuti hidup dalam pangan positivisme yang mengangan hidup itu berkelanjutan mulai lahir, beranjak kanak-kanak, bisa jalan, berbicara, bisa berpikir, remaja, dewasa, dan tua. Menjadikan cara berpikir ini terus naik-dan naik, tidak seperti pandagan posmodernisme yang membawa manusia pada suatu dekonstruksi dengan membongkar keadaan dan membangun suatu yang baru dan unik, maka tukang becak ini untuk menjawab tantangan abad dua 21 harus terlihat unik dan menarik, serta mampu dengan cara membangun kreativitas dan inonovasi dengan becaknya.
Tantangan abad 21 satu sudah menjadi tantangan yang tidak bisa dipungkiri lagi akan ada dan berdampak pada kehidupan masyarakat, untuk menjawab itu dilingkungan tukang becak harus ada kegiatan yang dapat membangun cakrawala berpikir tukang becak sehingga tidak menjual becaknya tapi bagaimana becak ini dapat menarik perhatian wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian tukang becak dapat menyaingi kendaran yang serba online. Maka akan terjadi suatu emansipasi dengan cara berpikir yang seimbang dalam hal ini paulo freire, mengatakan pendidikan harus dapat membebaskan. Maka tukang becak juga harus dapat keluar dari kondisi yang kurang menguntungkan buat mereka.
Kendaraan yang ramah lingkungan akan dapat dijaga jika cara berpikir antroposentris ditinggalkan dan kembali pada ekosentris, atau dalam buku (Supriatna, N) dikenal dengan ekopedagogik, yang menganggap pentingnya lingkungan untuk dijaga dan dilestarikan tentu melalui proses pendidikan atau mendidik generasi bangsa sebagai cara untuk melahirkan peserta didik yang memiliki cara berpikir yang konstruktif. Memang aneh kelihatannya namun posmoderent memberikan bukti bahwa dapat dilakukan suatu dekonstruksi yang mampu melahirkan suatu produk becak yang unik yang dapat membantu ekonomi tukang becak. Kalau tidak demikian jangan heran melihat tukang becak menderita, susah, berpenyakitan, karena apa ekonomi yang tidak mendukung untuk makan saja susah apalagi mau berobat, walau ada yang gratis tapi itu tidak menjamin.
Mengutip dari pemikiran Capra maka alam ini harus dijaga dengan cara memelihara lingkungan melalui cara berpikir bahwa manusia dan alam memiliki peran yang seimbang, dan dapat membuat lingkungan ini terjaga. kembali lagi kendaraan yang dapat menjawab itu semua adalah tukang becak, bukan ,motor, mobil, dll. Sudah menjadi bukti melihat kemacetan dimana-mana diakibatkan oleh banyaknya kendaraan yang berjalan sehingga polusi udara membuat yang menghirupnya berpenyakitan. Coba dibangun cara berpikir dengan pandangan Jurgen Habermas, yang menganngap bahwa untuk membagun pengetahuan, serta sejarah perlu ada cara pandang yang menjadi suatu pedoman yaitu adanya pertanyaan emansipasi, bagaimana keseimbangan inilah yang harus terus dijaga dan dibangun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Pendidikan sangat penting bagi para tukang becak, kenapa demikian karena banyak diantara anak tukang becak hanya berpendidikan sampai SMA dan tidak jarang juga yang tamat sampai SD dan SMP. Ini suatu ironi karena masih banyak anak tukang becak tidak bisa melanjutkan pada perguruan tinggi. Masalah yang serius bagi generasi yang dilahirkan oleh orangtua yang berprofesi sebagai tukang becak. Karena cara berpikir orang tua juga yang masih salah kaprah mengaggap pendidikan itu cukup sampai SMA saja setelah itu bekerja, namun apa yang terjadi banyak penganguran, orang yang meminta-minta akibat tidak bisa ditampung oleh dunia kerja. Tentu yang perlu diribah baik dari anak-anak tukang becak serta mereka sebagai orang tua. Menjadi objek yang harus dilakukan dekonstruksi pemikiranya agar pemikiran mereka tidak kolot lagi tapi bagiamana pemikiran mereka maju dan dapat bersaing pada era globalisasi saat ini.
Kebangkitan tukang becak tidaklah semudah yang dibayangkan, namun bagimana tukang becak ini menjadi suatu yang memiliki nilai yang kongkrit perlu adanya langkah perbaikan yang ada dalam cara berpikirnya, walaupu mereka miskin, tidak berpenghasilan banyak tapi morivasi mereka harus terus dijaga agar anak-anak yang dilahirkan dari mereka dapat berpikir yang seimbang dengan anak-anak yang lain. sejarah sebagai suatu konstruksi ideologis bisa digunakan untuk membantu mereka mengali potensi karena sejarah adalah suatu carapandang yang melihat masalalu, kini dan yang akan datang. Tentu untuk mebangun cara berpikir seperti iu sejarah harus terus ditanamkan dalam libgkungan anak-anak agar mereka senag dan bangga dengan orang tua mereka yang selalu menjaga ekosistem.
Solusi kongkrit dari penulis bahwa tukang becak harus dipertahankan, dengan apa? Yaitu dengan membuat becak yang unik berdasarkan cara pandag posmodernisme dan dibuatkan tulisan tentang sejarahnya dekonstruktif dan dengan paradigma ekosentris becak menjadi suatu alat trasportasi yang unik dan ramah lingkungan. Serta dengan cara berpikir kiritis yaitu yang dirubah ialah tukang becak dan generasi yang mereka lahirkan, sehingga melahikan suatu generasi yang memiliki potensi untuk bersaig secara cerdas dan mengedepankan akal sehat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Kesadaran

 Pendidikan Kesadaran Pendidikan adalah bagian penting untuk menyelamatkan bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang utuh dan berkembang, ...