Refleksi
Hari Pahlawan
(Sasak, Sumbawa, Mbojo)
“Pahlawan”. Kata ini tentu sudah tidak
asing lagi didengar oleh masyarakat Indonesia. Ukiran nama dan gambar Pahlawan sudah menjadi
suatu yang biasa dilihat dan ditemukan
disetiap penjuru wilayah
Indonesia. Titisan
para pejuang menjadikannya sebagai suatu yang diikuti dan/ dicontohi.
Perjuangannya begitu gencar di ditengah kehidupan
bangsa yang masih dijajah. Hingga
peran
mereka sangat diperhitungkan
dengan menjadikannya layak disebut Pahlawan.
Panggilan ini umum di gunakan, sampai anak-anak-pun mengetahuinya juga!. Setiap
hari ini,
tepat di bulan November banyak lahir pahlawan-pahlawan baru yang
diangkat oleh pemerintah, sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya. Adanya pahlawan baru menambah daftar nama pahlawan Indonesia. Mereka muncul dengan berbagai ciri khas dan/
karakteristik perjuangannya, yang menjadikan kita sebagai sumber pengetahuan baru dalam sejarahnya.
Keberadaan pahlawan
sangat dijunjung tinggi oleh
bangsa,
sehingga setiap saat kuburannya-pun pasti banyak didatangi masyarakat,
sebagai bentuk rasa ingat dan
balas jasa atas apa yang ditorehkan oleh pahlawan
tersebut.
Menjadi ajang untuk menjiarahi, kebiasaan
ini sudah menjadi urat nadi
suatu
bangsa. Penghormatan
mereka tidak
berlebihan
namun untuk mengingat kembali peristiwa-peristiwa perjuangan yang ada.
Perjuangan para
pahlawan tentunya tidak bisa dilupakan dalam tulisan sejarah, sejarah menjadi
pengetahuan yang tanpa
pamrih mendokumenkan
peristiwa, dan fakta yang terjadi pada masa penjajahan. Penjajah yang datang
keindonesia menjadi perhatian ketika mengingat hari pahlawan, mulai dari datang dan adanya pemerintah colonial di bangsa ini, menguasai, hingga
mereka mundur dari bangsa Indonesia.
Indonesia yang dulu
menyimpan kekayaan menjadi perhatian utama bagi masyarakat eropa, dengan mengumpulkan bahan rempah-rempah
yang sangat mereka butuhkan. Komoditas ini menjadi tujuan kedatangan mereka, karena yang kita tahu
tanah Indonesia begitu subur
sehingga tongkat kayu saja bisa tumbuh, apalagi rempa-rempah
yang tumbuh memiliki khasiat sebagai obat-obatan.
Obat tradisional nusantara
ini sudah dikenal di Eropa sebagai komoditas langka yang dapat menjadi pengawet
makanan, serta penghangat
badan. Khasiat
dari hasil tanah nusantara inilah menjadi
suatu yang harus dilindungi
oleh para pahlawan Indonesia, untuk dijaga dan dipertahankan dalam suatu
perjuangan demi
menjaga keutuhan nusantara, nusantara yang disatukan dalam satu kesatuan yang utuh.
Kesatuan yang
diperjuangkan, telah lahir sejak lama pada masa pergerakan nasional, yang
dipelopori oleh para pahlawan.
Pergerakan ini menjadi sebuah alat persatuan yang sangat kuat,
untuk menjalin hubungan darah setanah air. Darah ini sudah menjadi hal yang lumrah diberikan dan ditumpahkan
untuk mempertahankan bangsa, karena bangsa merupakan satu kesatuan yang
memiliki nasib
yang sama untuk membebaskan diri.
Pembebasan ini sangat
susah di
lupakan, perjuangan baik dalam genjatan senjata, pendidikan, sosial, dan dalam bentuk
organisasi sudah
ditorehkan.
Namun, apakah kita ingat siapa saja pahlawan yang ada di daerah kita?, jikalau
kita lupa dengan nama mereka...
lantas apa yang perlu kita banggakan dari mereka, sampai identitas mereka saja belum kita
tahu!.
Pengetahuan adalah salah satu domain dasar kognitif dalam taksonomi tujuan
pendidikan, dengan ini
bagaimana kita mampu menghafal serta mengingat nama dan peristiwa sejarah.
Alangkah rugi jika pengetahuan yang sangat
beharga di
lupakan!,
apa yang sudah kita perbuat untuk melawan rasa lupa ini?, sudahkah kita membaca, memahami,
mengungkapkan apasaja
sosok pahlawan di daerah kita masing-masing?.
Alangkah banyaknya peristiwa sejarah di bangsa ini!. Daerah
menyimpan peristiwa
yang menjadi cikal bakal dari lahirnya rasa nasional. Namun mari kita refleksi terlebih dahulu bagaimana
latarbelakang daerah dimana disitu ada peristiwa sejarah.
Kita ambil contoh di wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat,
kita mengenal Tuan Guru KH. Muhammad Abdul Madjid. Dialah sosok pahlawan kita di Nusa Tenggara Barat,
akankah pahlawan kita yang ada hanya itu?,
mari kita lirik di area timur NTB, tepatnya di
kab/kota Bima, disana ada Sultan M Salahuddin, dan apakah beliau sudah diperhatikan untuk
diperjuangkan menjadi pahlawan nasional?.
Iming-iming ini belum
ada kejelasan, padahal beliau
adalah sosok yang pantas diperjuangkan karena kepahlawanannya. Perannya untuk bangsa ini tak bisa dilupakan, karena cukup banyak catatan sejarah yang masih bisa kita temukan, dengan sosoknya sebagai perintis, pelindung,
dan pemimpin
bagi organisasi pergerakan terutama dalam bidang agama, sosial dan politik.
Sosok seperti ini sangat sulit ditemukan dan pantas diberi penghargaan. Penghargaan bagi Sultan M Salahuddin
harus secepatnya diberikan agar generasi di Nusa Tenggara Barat memiliki giroh
dan dapat mengambil pelajaran akan keteladanan yang diberikan oleh tokoh-tokoh
pejuang di daerah.
Daerah
Sumbawa pun
memiliki tokoh pejuang yang dikenal dengan “Koboi” yaitu “Laksamana Madya TNI” yang bernama “Haji Lalu Manambai Abdulkadir”. Salah satu putra terbaik Sumbawa yang
telah berjuang untuk bangsa Indonesia rela hidup dan mati dalam memerdekakan
bangsa. Penghargaan bagi Abdulkadir pantas diberikan tidak sebatas sebagai simbol akan tetapi itu merupakan hasil perjuangan yang wajib diberikan apresiasi nyata.
Semua tokoh pejuang harus
di angkat dengan berbagai penghargaannya, walaupun tidak pernah bertemu, namun sekiranya rasa cinta terhadap
pahlawan dapat diberikan dengan sebuah penghargaan dan mempertahankan identitasnya.
Pemerintah sebagai orang
tertinggi di wilayah Nusantara ini yang mengusulkan dan memutuskan ide demikian, dan tidak
memandang sebelah mata, tanpa usaha nyata. Untuk itu pemerintah wajib memperjuangkan para tokoh pejuang di
daerah yang ada di Nusa Tenggara Barat.
“Salam Satu Daerah”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar