Jumat, 09 November 2018

Refleksi Hari Pahlawan (Sasak, Sumbawa, Mbojo)


Refleksi Hari Pahlawan
 (Sasak, Sumbawa, Mbojo)
Pahlawan”. Kata ini tentu sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat Indonesia. Ukiran nama dan gambar Pahlawan sudah menjadi suatu yang biasa dilihat dan ditemukan disetiap penjuru wilayah Indonesia. Titisan para pejuang menjadikannya sebagai suatu yang diikuti dan/ dicontohi. Perjuangannya begitu gencar di ditengah kehidupan bangsa yang masih dijajah. Hingga peran mereka sangat diperhitungkan dengan menjadikannya layak disebut Pahlawan. 
Panggilan ini umum di gunakan, sampai anak-anak-pun mengetahuinya juga!. Setiap hari ini, tepat di bulan November banyak lahir pahlawan-pahlawan baru yang diangkat oleh pemerintah, sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya. Adanya pahlawan baru menambah daftar nama pahlawan Indonesia. Mereka muncul dengan berbagai ciri khas dan/ karakteristik perjuangannya, yang menjadikan kita sebagai sumber pengetahuan baru dalam sejarahnya.
Keberadaan pahlawan sangat dijunjung tinggi oleh bangsa, sehingga setiap saat kuburannya-pun pasti banyak didatangi masyarakat, sebagai bentuk rasa ingat dan balas jasa atas apa yang ditorehkan oleh pahlawan tersebut. Menjadi ajang untuk menjiarahi, kebiasaan ini sudah menjadi urat nadi suatu bangsa. Penghormatan mereka tidak berlebihan namun untuk mengingat kembali peristiwa-peristiwa perjuangan yang ada.
Perjuangan para pahlawan tentunya tidak bisa dilupakan dalam tulisan sejarah, sejarah menjadi pengetahuan yang tanpa pamrih mendokumenkan peristiwa, dan fakta yang terjadi pada masa penjajahan. Penjajah yang datang keindonesia menjadi perhatian ketika mengingat hari pahlawan, mulai dari datang dan adanya pemerintah colonial di bangsa ini, menguasai, hingga mereka mundur dari bangsa Indonesia.
Indonesia yang dulu menyimpan kekayaan menjadi perhatian utama bagi masyarakat eropa, dengan mengumpulkan bahan rempah-rempah yang sangat mereka butuhkan. Komoditas ini menjadi tujuan kedatangan mereka, karena yang kita tahu tanah Indonesia begitu subur sehingga tongkat kayu saja bisa tumbuh, apalagi rempa-rempah yang tumbuh memiliki khasiat sebagai obat-obatan.
Obat tradisional nusantara ini sudah dikenal di Eropa sebagai komoditas langka yang dapat menjadi pengawet makanan, serta penghangat badan. Khasiat dari hasil tanah nusantara inilah menjadi suatu yang harus dilindungi oleh para pahlawan Indonesia, untuk dijaga dan dipertahankan dalam suatu perjuangan demi menjaga keutuhan nusantara, nusantara yang disatukan dalam satu kesatuan yang utuh.
Kesatuan yang diperjuangkan, telah lahir sejak lama pada masa pergerakan nasional, yang dipelopori oleh para pahlawan. Pergerakan ini menjadi sebuah alat persatuan yang sangat kuat, untuk menjalin hubungan darah setanah air. Darah ini sudah menjadi hal yang lumrah diberikan dan ditumpahkan untuk mempertahankan bangsa, karena bangsa merupakan satu kesatuan yang memiliki nasib yang sama untuk membebaskan diri.
Pembebasan ini sangat susah di lupakan, perjuangan baik dalam genjatan senjata, pendidikan, sosial, dan dalam bentuk organisasi sudah ditorehkan. Namun, apakah kita ingat siapa saja pahlawan yang ada di daerah kita?,  jikalau kita lupa dengan nama mereka... lantas apa yang perlu kita banggakan dari mereka, sampai identitas mereka saja belum kita tahu!.
Pengetahuan adalah salah satu domain dasar kognitif dalam taksonomi tujuan pendidikan, dengan ini bagaimana kita mampu menghafal serta mengingat nama dan peristiwa sejarah. Alangkah rugi jika pengetahuan yang sangat beharga di lupakan!, apa yang sudah kita perbuat untuk melawan rasa lupa ini?, sudahkah kita membaca, memahami, mengungkapkan apasaja sosok pahlawan di daerah kita masing-masing?.
Alangkah banyaknya peristiwa sejarah di bangsa ini!. Daerah menyimpan peristiwa yang menjadi cikal bakal dari lahirnya rasa nasional. Namun mari kita refleksi terlebih dahulu bagaimana latarbelakang daerah dimana disitu ada peristiwa sejarah. Kita ambil contoh di wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat, kita mengenal Tuan Guru KH. Muhammad Abdul Madjid. Dialah sosok pahlawan kita di Nusa Tenggara Barat, akankah pahlawan kita yang ada hanya itu?, mari kita lirik di area timur NTB, tepatnya di kab/kota Bima, disana ada Sultan M Salahuddin, dan apakah beliau sudah diperhatikan untuk diperjuangkan menjadi pahlawan nasional?.
Iming-iming ini belum ada kejelasan, padahal beliau adalah sosok yang pantas diperjuangkan karena kepahlawanannya. Perannya untuk bangsa ini tak bisa dilupakan, karena cukup banyak catatan sejarah yang masih bisa kita temukan, dengan sosoknya sebagai perintis, pelindung, dan pemimpin bagi organisasi pergerakan terutama dalam bidang agama, sosial dan politik. Sosok seperti ini sangat sulit ditemukan dan pantas diberi penghargaan. Penghargaan bagi Sultan M Salahuddin harus secepatnya diberikan agar generasi di Nusa Tenggara Barat memiliki giroh dan dapat mengambil pelajaran akan keteladanan yang diberikan oleh tokoh-tokoh pejuang di daerah.
Daerah Sumbawa pun memiliki tokoh pejuang yang dikenal dengan “Koboi yaitu Laksamana Madya TNI” yang bernama Haji Lalu Manambai Abdulkadir. Salah satu putra terbaik Sumbawa yang telah berjuang untuk bangsa Indonesia rela hidup dan mati dalam memerdekakan bangsa. Penghargaan  bagi Abdulkadir pantas diberikan tidak sebatas sebagai simbol akan tetapi itu merupakan hasil perjuangan yang wajib diberikan apresiasi nyata.
Semua tokoh pejuang harus di angkat dengan berbagai penghargaannya, walaupun tidak pernah bertemu, namun sekiranya rasa cinta terhadap pahlawan dapat diberikan  dengan sebuah penghargaan dan mempertahankan identitasnya. Pemerintah sebagai orang tertinggi di wilayah Nusantara ini yang mengusulkan dan memutuskan ide demikian, dan tidak memandang sebelah mata, tanpa usaha nyata. Untuk itu pemerintah wajib memperjuangkan para tokoh pejuang di daerah yang ada di Nusa Tenggara Barat.

Salam Satu Daerah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Kesadaran

 Pendidikan Kesadaran Pendidikan adalah bagian penting untuk menyelamatkan bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang utuh dan berkembang, ...