Minggu, 25 Agustus 2019

Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup


Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup


Allah Swt sebagai pencipta membuat pedoman dan petunjuk, bagi umat manusia. karena Al-Qur’an sesungguhnya bacaan yang sangat muliya, Alllah Swt pertegas, bahwasannya sudah aku sempurnakan agama Islam kepadamu wahai manusia, agar kamu dapat bersukur (QS. Al-Baqaroh ayat 152). Serta Allah Swt tidak senang kepada umat yang saling membunuh, namun Allah Swt senang kepada umat yang saling tolong menolong dan membangun uhwa persatuan (QS. Al-Qasroh ayat 77).
Nabi Muhammad Saw, berpesan bahwa kutinggalkan dua pusaka bagi umat Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah (Bukhari Muslim). Sebagai pedoman dan petunjuk dalam mengarungi bahtera dunia, namun tidak lupa juga kita bahwa Al-Qur’an, sebagai pentunjuk yang sudah paten dan tidak ada tawar menawar lagi. Maka kita sebagai umat Islam juga harus lebih memahami dan dapat mengimplementasikan nilai-nilai Qur’ani dalam hidup.
Perlu di ingat sebagaimana Muhammad Abduh pernah mengataka. Umat Islam tertinggal karena mereka meninggalkan agamanya, artinya bahwa kalau kita jauh dari pedoma hidup yang hakiki yaitu Al-Qur’an maka jangan heren kita akan miskin dalam ranah ekonomi, Politik dan sosial. Untuk itu perlu kita jadikan Al-Qur’an sebagai pedoman nomor satu Umat Islam.
Dalam dinamika umat Islam kekinian, pertarungan pemahaman sehingga Umat Islam menjadi ter-kotak-kotak, inilah keingginan dunia barat membuat Umat Islam terpecah dan kemudian Umat Islam dapat mengikuti milah atau perilaku dunia Barat. Tentu Hal ini perlu kita satukan cara berpikir umat Islam dengan memperdalam Ilmu dalam memahami Al-Qur’an.
Mengutip pendapatnya Muhammad Ikbal, dalam bukunya rekonstruksi relijius, ada kritikan yang menarik bahwa Umat Islam terlalu romatis memahami sejarah umat Islam terdahulu, mengagung agungkan pengaruh dan kekuasaa Islam di masa lalu. Namun Umat Islam lupa mempersiapkan masa depannya. Terlalu banyak orang yang rasional atau pintar sehingga menganggap Islam sudah finis memahaminya. Padahal Islam juga menganjurkan adanya pintu Ijtihat atau pembaharuan dalam menjalankan sariat Islam.
Kita jangan menutup diri dengan keadaan di abad 21 ini, perlu membuka diri dan memahami Islam lebih mendalam baik secara teks maupun konteksnya, sehingga kita bisa meraih ketenangan hidup dan  hidup yang sejahtera ketika kita yakin dan percaya pada Al-Qur’an. Kiyai Ahmad Dahlan sudah mengajarkan perlu adanya purifikasi atau pemurnian ajaran Islam dan pembaharuan sehingga Islam dapat menyesuaikan diri di era refolusi Industri 4.0.
Semoga kita dapat menjadi umat terbaik yang dapat menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup.


Jumat, 16 Agustus 2019

Kita yang Berdiri, menegakkan, dan Mempertahankan Keberadaan Bangsa

Kita yang Berdiri, menegakkan, dan Mempertahankan Keberadaan Bangsa

Parewa
Bangsa, istilah ini sudah menjadi suatu dogma yang didoktrin untuk generasi penerus. Sampai detik ini penggunaan istilah tersebut masih mendominasi di kalangan masyarakat akademik maupun non akademik. Tumpuan generasi emas sudah sering kali mengucapkan istilah ini, akan tetapi makna dibaliknya masih belum dimengerti. Karena ketidaktahuannya mereka menjadi lupa akan jati diri yang sebenarnya tentang bangsa. Hal ini terbukti makin luasnya krisis pengetahuan masyarakat dalam menjajaki dan meretas persoalan bangsa dengan berbagai strategi terobosan.
Salah satu alasan mengapa bangsa ini harus Merdeka, karena kita tidak ingin dijajah oleh bangsa lain bahkan bangsa kita sendiri dalam satu kesatuan yang menjadi value dalam negarai Republik Indonesia. Bangsa yang bersatu merupakan jembatan yang amat sangat penting untuk mempertahankan negara dari arah serangan manapun. 
Masyarakat sebagai anggota bangsa yang ada dalam Negara Republik Indonesia pada dasarnya mengetahui kalau bangsa Indonesia adalah bangsa yang satu dengan beragam perbedaan latar belakang agama, ras, dan etnik. Secara jelas, masyarakat yang tidak memiliki sistem yang kuat sungguh sulit untuk menggapai kemerdekaan yang benar-benar nyata.
Meskidemikian, kalau definisi dan praktis suatu bangsa dapat dimengerti, dan diaplikasikan dalam konteks yang sebagaimana mestinya, sehingga akan termotivasi olehnya dengan menjadikan kita lebih semangat, kuat, dan maju, serta mampu berdikari lewat satu kata ini.
Bangsa didalamnya terdapat sekelompok manusia yg memiliki sebuah ikatan, mereka adalah yang merancang strategi terobosan dalam mengembangkan dan meningkatkan segala aspek kehidupan. Tidak sampai disitu, sekelompok manusia yang mampu meningkatkan bangsa lebih maju, mereka juga lah yang dapat mempertahankan peningkatan tersebut. Meskipun dalam mempertahankan tingkatan hasil yang sudah dicapai adalah hal yang tidak mudah, namun bukan berarti segalanya harus terlihat buntu. Karena bisa dilakukan dengan salah satu cara memanfaatkan struktur kognisi yang ada kemudian diakomodasi dan dihubungkan dengan pengetahuan yang baru kita temui sehingga ada inovasi yang dihasilkan, berbagai informasi dan fakta membuka pikiran kita menuju pada tingkatan lebih dan lebih baik dalam mempertahankan yang sudah ada.
Kendatipun cara tersebut dapat dilakukan, namun banyak cara yang bisa dilakukan lebih sebagai bentuk identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Pokok utama dalam bertindak tidak menjadikan hambatan dalam persoalan menjadi beban. Jika beban pikiran tertimbun sampai tak ada celah dalam berfikir dan beraksi, so there's nothing best happended today and future. Apa yang ada di depan mata, terus hadapi tanpa terlalu melihat yang jauh dan belum jelas adanya (peristiwa). Tapi berfikir futuristik dalam sebuah wacana diperbolehkan sebagai bentuk kesiapan kita dalam menghadapi segala benturan di masa mendatang.
Salam Merdeka 74 Tahun Dirgahayu Republik Indonesia.

Minggu, 11 Agustus 2019

Membangun Litrasi Intelektual Kader

"Membangun Litrasi Intelektual Kader" 



Literasi sebagai bahasa yang umum dibicarakan menjadi momok yang menakutkan. Sebagai jalan menuju tatanan intelektualitas yang paripurna, butuh bukti nyata dari kebiasaan lama dan membokar kebiasan baru agar tercapai tujuan organisasi.
Organisasi sebagai wadah intelektual perlu diasah seperti pedang al-Fatih. Agar dapat menebas kobodohan dan ketertinggalan. Dalam dunia intelektual perlu kebiasaan yang terus di laksanakan pada setiap diri kader.
Intelektual Kader, sebagai bagian penting yang dapat dibangun melalui proses membaca, menulis dan berbicara. Dibarengi dengan tindakan kongkrit.
Tindakan adalah sebuah keniscayaan yang harus dilakukan kader, sebagai penerus organfital dalam menjalankan roda kepemimpinan. Karena kader adalah pemimpin masa depan yang paripurna.
Jaman edan ini dituntut untuk lebih tau diri, tau bahwa kita kurang, tau bahwa kita tertingal, tau bahwa kita jumud, tau bahwa kita minim, tau bahwa kita lemah, tau bahwa kita gagal. karena kita sadar dengan ini semua maka perlu memperbaiki roda kepemimpinan dalam organisasi apa saja dengan optimisme.
Salam Literasi.
BINDANG RISET DAN KEILMUAN
DPD IMM NTB

Pendidikan Kesadaran

 Pendidikan Kesadaran Pendidikan adalah bagian penting untuk menyelamatkan bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang utuh dan berkembang, ...