Mengamati Budaya Literacy
Generasi45
Bisa kita saksikan, retorika
serta orator ulung bangsa Indonesia, yang telah memberikan contoh, bentuk dari
usaha kerasnya dalam menempuh jalan terjal dalam memerdekakan negeri kita
tercinta. Soekarno dalam catatan sejarah. dia memiliki seribu katalok buku yang
pernah ia baca selama hidupnya, hal ini sudah pernah diungkapkan oleh sejarawan
asal UI Anhar Goggong ketika mengisi seminar nasional jurusan pendidikan
sejarah UPI, mengatakan sungguh luar biasa pendiri bangsa ini memiliki minat
baca yang sangat tinggi dan memiliki daya reotorika yang baik, dikarenakan ia
memiliki minat baca yang tinggi. Sebagaimana pendapat Tilaar 1999 membaca buku
menjadikan orang semakin tau dan bijak menghadapi masyarakat yang begitu plural.
Pendapat ini memberikan kita gambaran, bahwa membaca itu membuat seseorang
mengetahui apa yang belum pernah ia lihat, dan belum pernah ia kunjungi.
Begitulah Soekarno yang menjadi babak proklamator bangsa. bangsa ini bisa
sampai merdeka dikarenakan orang-orang yang berjuang ketika itu, selalu
membaca, baik membaca kelemahan lawan, membaca keadaan, dan membaca masa depan
bangsa.
Lantas genarasi harapan bangsa
saat ini bila kita melihat dan membaca beberapa penelitian membuktikan bahwa
dari 64 negara di Asia maka posisi indonesia masih berada diposisi 64 juga.
Kondisi ini diperparah lagi dengan dinamika bangsa saat ini yang begitu
komples, saling mencaci maki, saling menjatuhkan. Hal ini bisa terjadi karena
generasi kita kurang membaca. Padahal bangsa ini berdiri dingan sati visi dan
misi, yaitu kolektif kolegial, yang dilakukan oleh para proklamator bangsa,
sebagai contoh bagaimana bentuk perjuangan mahasiswa yang ada di belanda, yang
mendirikan perhimpunan indonesia, dan mampu membuat suatu manifesto politik 1925
yaitu, persatuan, persamaan, persaudaraan. Organisasi ini bisa berjalan
dikarena membaca juga. Membaca bentuk dari perjuangan, manifertasi kedepan
untuk berdirinya suatu bangsa. maka tentu seorang yang telah membaca akan tau
masa depan bagsa setelah diperjuangkan.
Agenda-agenda pemerintah saat ini
memang ada yang sudah diterapakan dalam pelaksanaan kurikulu 2013. Contoh
budaya literasi yaitu membiasakan siswa
untuk selalu membaca. Akan tetapi banyak program pemerintah yang jauh dari
harapan missal saja pengelolaan dana desa yang tidak maksimal, uang yang ada
tidak bisa mereka kelola, karena apa minan baca dari pada kepala desa dan
stafnya minim, coba mereka membaca otomatis mereka akan tau bagaiamana
manangani dan menjalankan program yang dapat bermanfaat bagi masyarakat yang ia
pimpin.
Apa daya kondisi
kita masih seperti ini beberapa waktu yang lalu di bima dalam observasi
sederhana yang penulis lakukan, dalam sehari-hari masyarakat bima bisa
dikatakan dari seratus persen masyarakat biasa pekerjaanya petani, pedagang
setiap harinya hanya itu pekerjaannya untuk membaca itu sangat minim sekalali,
karena tidak ada contoh yang diberikan oleh pemerintah, malahan yang terjadi
adalah pemerintah menyalahkan masyarakat sendiri, begitu juga sebaliknya masyarakat
menyalahi pemerinta. Untuk hal yang sederhana saja yaitu membaca masyarakat
tidak bisa, paling mereka mendapat ilmu hanya pada saat hari jum’at saja. Tapi
memang orang dikampu pandai sekali menilai ketika ada orang bicara ada
tuturkata yang salah sedikit saja langsung menyalahkan orang yang berbicara,
padahal dia sendiri ketika diberikesempatan untuk berbicara tidak bisa juga.
Lagi-lagi membaca masih jauh dari pikiran masyarakat, karena masyarakat
berpikir hidup ini mencari uang, bekerja. Tapi tidak sadar bahwa membaca itu
sangat penting, dalam agama islam sudah ditekankan dalam surat al-alaq yang
menjelaskan bahwa seorang muslim untuk mengetahui sesuatu perlu membaca dan
membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar