Kamis, 09 November 2017

Filosofi Kurikulum



a.       Kurikulum Sabjek Akdemik
Bersumber dari pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat intelektual.  Dalam pendidikan klasik seluruh warisan budaya yaitu pengetahuan, ide-ide atau nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi memelihara dan meneruskan warisan budaya. Dalam penyusunanya kurikulum sabjek akademis di susun oleh para ahli tampa ada keterlibatan guru dan siswa dan sedangkan dalam prakteknya guru mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengajar, menentukan isi, metode dan evaluasi. Siswa benjadi penerima semata. Kurikulum sabjek akadek ada dua ciri khasnya ada aliran persenialisme dan esensialisme walaupun berbeda dalam aplikasi dua aliran ini memiliki kesamaan dalam memandang masayarakat bahwa masyarakat bersifat statis.
Perenialisme, berkembang di eropa dalam masyarakat aristokratis agraris. Yang lebih berorientasi kemasa lampau. Kurang mementingkan perkembangan dan kebutuhan masyarakat saat sekarang. Pendidikanya lebih bersifat humanitas, pembentukan pribadi dan sifat-sifat mental. Esensialisme, berkembang di amerika serikat dalam masyarakat industry yang lebih menekankan sains daripada humanitas mereka lebih praktis dan arah pendidikannya dipersiapkan untuk terjun kedunia kerja.
1.      Ciri-ciri kurikulum subjek akademis
Kurikulum ini memiliki ciri berkaitan dengan Tujuan kurikulum subjek akademis, adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa mengunakan ede-ide dan proses penelitian. Metode kurikulum, yang paling banyak digunakan adalah metode ekspositori dan inkuiri. Organisasi isi kurikulum, adalah 1. Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya. 2. Pola organisasi bahan pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu. 3. Pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut sudah kelihatan lagi. 4. Pola organisasi isi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan mengunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu. Evaluasi kurikulum subjek akademis, adalah menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran, dan mempunyai kriteria pencapaian.
2.      Pemilihan disiplin ilmu
Masalah besar yang dihadapi oleh pengembang kurikulum subjek akademis adalah bagaiman memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Apabila ingin memiliki penguasaan yang cukup mendalam maka jumlah disiplin ilmu maka penguasaan para siswa akan sangat terbatas, sukar menerapkannya dalam kehidupan masyarakat secara luas. Apabila disiplin ilmunya cukup banyak tetapi pengetahuannya hanya sedikit-sedikit (tidak mendalam).
3.      Penyusunan mata pelajaran dengan perkembangan anak
Para pengembangan kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan bahan dengan kemampuan berpikir anak. Umumnya kurang memperhatikan bagaimana siswa belajar dan lebih mengutamakan susunan isi, yaitu apa yang akan diajarkan. Proses belajar yang ditempuh oleh siswa sama pentingnya dengan penguasaan konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi.
b.      Kurikulum Humanistik
1.      Kosep dasar
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum ini berdasarkan aliran pendidikan pribadi yang lebih menekankan pada proses pengembangan kemampuan siswa. materi ajar dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan sisw. Penegmabangan kurikulum dilakukan oleh guru-guru dengan melibatkan siswa. Merujuk pada  pemikiran John Dewey (Progressive Education) menerapkan prisnsip belajar sambil berbuat. Dalam pendidikan progresif siswa merupakan satu kesatuan yang utuh, perkembangan emosi dan sosial sama pentingnya dengan perkembangan intelektual. Isi pengajaran berasal dari pengalaman siswa sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Seorang lebih merupakan ahli dalam metodologi daripada dalam bahan ajar. dan J.J. Rousseau (Romantic Education). Ia ingin mengembalikan pedidikan kepada pendidikan alam, sebab secara alamiah manusia baik, merdeka dan gentle.pendidikan adalah proses individual yang berisi rentetan pengembangan kemampuan-kemampuan anak, berkat kointeraksi dengan berbagaia aspek dalam lingkungan maka terjadi rentetan pengembangan kemampuan anak. Tugas guru adalah menciptakan situasi yang permisif atau bersifat terbuka dan mendorong siswa untuk mencari dan mengembangkan pemecahan sendiri. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolah dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada Pembinaan manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi social dan efektif.
2.      Karakteristik kurikulum humanistik
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para ahli humanis, kurikulum berfungasi menyedikan pengalaman (pengetahuan- red) berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas dan otonomi kepribadian, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar.  Kurikulum humanistik menutut hubungan emosinal yang baik antara guru dan murid. Guru selain harus mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan murid, juga mampu menjadi sumber. Ia harus mampu memberikan materi yang menarik dan mampu menjadi sumber dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar proses belajar.
kurikulum humanistik menekankan integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpengal-pengal. Kurikulum ini kurang menekankan sekuens, karena dengan sekuens murid-murid kurang mempunyai kesempatan untuk memperluas dan memperdalam aspek-aspek perkembangannya. Penyusunan sekuens dalam pengajaran yang sifatnya afektif, dilakukan oleh Shiflett (1975, hlm. 121-139) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a.       Menyusun kegiatan yang dapat memunculkan sikap, minat atau perhatian tertentu.
b.      Memeperkenalkan bahan-bahan yang akan dibahas dalam setiap kegiatan.
c.       Pelaksanaan kegiatan, para siswa diberi pengalaman yang menyenangkan baik yang berupa gerakan-gerakan maupun penghayatan.
d.      Penyempurnaan, pembahasan hasil-hasil yang telah dicapai, penyempurnaan hasil serta upaya tindak lanjutnya.
Kurikulum humanistik dalam evaluasi lebih mengutamakan proses dari pada hasil. maka dalam kurikulum humanistik tidak ada kriteria. sasaran mereka adalah perkembangan anak supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri. bermanfaat bagi siswa. Kegiatan belajar yang baik adalah yang memberikan pengalaman yang akan membantu para siswa memperluas kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Penialiannya bersifat subjektif baik dari guru mapun para siswa.
c.       Kurikulum Rekonstruksi Sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerja sama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang dilingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan problem-problem yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
1.      Desain kurikulum rekonstruksi social
Ada beberapa cirri desain kurikulum ini.
a.       Asumsi. Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan, ancama, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia.
b.      Masalah-masalah sosial yang mendesak. Kegiatan belajar dipusatkan pada masalah-masalah sosial yang mendesak. Masalah-masalah tersebut dirumuskan dalam peranyaan, seperti: dapatkah kehidupan seperti sekarang ini memberikan kekuatan untuk menghadapi ancaman-ancaman yang akan mengganggu integritas kemanusiaan?
c.       Pola-pola organisasi. Pada tingkat sekolah menegah, pola organisasi kurikulum disusun seperti sebuah roda. Di tengah-tenganhnya sebgai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno.

2.      Komponen-komponen kurikulum
Kurikulum rekonstruksi soaial memiliki komponen-komponen yang sama dengan model kurikulum lain tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda.
a.       Tujuan dan isi kurikulum. Tujuan prongram pendidikan setiap tahun berubah. Dalam program pendidikan ekonomi politik, umpamanya untuk tahun pertama tujuannya membangun kembali dunia ekonomi-politik.
b.      Metode. Dalam pengajaran rekonstruksi social para pengembang kurikulum berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan siswa. Guru-guru berusaha membantu para siswa menemukan minat dan kebutuhannya.
c.       Evaluasi. Dalam kegiatan evaluasi para siswa juga dilibatkan. Keterlibatan mereka terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diajukan. Soal-soal yang akan diujikan dinilai lebih dulu baik ketepatan maupun keluasan isinya, juga keampuhan menilai pencapaian tujuan-tujauan pembangunan masyarakat yang sifatnya kualitatif. Evaluasi tidak hanya menilai apa yang telah dikuasai siswa, tetapi juga menilai pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat.
D. Teknologi dan Kurikulum
Abad dua puluh ditandai dengan perkembangan tekonologi yang sangat pesat. Perkembangan ini mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan termasuk pendidikan. Seiring perkembangan ilmu dan teknologi, dibidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan aliran klasik, yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tatapi pada penguasaan kompetensi. Muali dari kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit atau khusus dan akhirnya menjadi perlakukan-pelakuan yang dapat diamati dan diukur.
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan penguaan alat teknologi dalam menujang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulumnya berisi recana-rencana pengunaan berbagai alat dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan pengunaan alat.
Pada bentuk pertama pengajaran tidak membutuhkan alat dan media yang canggih, tetapi bahan ajar dan proses pembelajaran disusun secara system. Pada bentuk kedua, pengajaran disusun secara system dan ditunjang dengan pengunaan alat dan media pembelajaran. Pada bentuk ketiga program pengajaran telah disusun secara terpadu antara bahan dan kegiatan pembelajaran dengan alat dan media.
1.      Beberapa cirri kurikulum teknologis
Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan, memiliki beberapa cirri khusu, yaitu:
a.       Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan instruksional.
b.      Metode.  Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses mereaksi terhadap perangsangan-perangsangan yang diberikan dan apa bila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut akan diperkuat. 1. Penegasan tujuan. 2. Pelaksanaan pengajaran. 2. Pengetahuan tentang hasil.
c.       Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum  banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar yang kompetensinya luasa atau besar bisa menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang lebih kecil, yang mengambarkan obejk.
d.      Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan setiap saat, pada pada akhir suatu pembelajaran, suatu unit ataupun semester. Fungsi evaluasi ini bermacam-macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi siswa pada akhir suatu program atau semester (evaluasi sumatif).
Program pengajaran teknologi sangat menekankan efisiensi dan efektivitas. Program dikembangkan melalui beberapa uji coba dengan sampel-sampel dari suatu populasi yang sesuai, direvisi beberapa kali sampai standar yang diharapkan dapat dicapai.
Meskipun memiliki kelebihan tentu , kurikulum teknologi tidak terlepas dari kelemahan atau keterbatasan. Model ini terbatas kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar yang kompleks atau membutuhkan penguasaan tingkat tinggi analisis, sintetis, evaluasi juga bahan-bahan ajar yang bersifat afektif.

Sukmadinata. 2012. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Kesadaran

 Pendidikan Kesadaran Pendidikan adalah bagian penting untuk menyelamatkan bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang utuh dan berkembang, ...