Makalah
Teori
Albert Bandura
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Filosofis dan Teori
Pendidikan
Oleh
:
F A I D I N
1605106
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
PENDAHULUAN
a. Latar
belakang
Pendidikan diera
sekarang penuh dengan tantangan berbicara masalah teori belajar tidak terlepas
dari perdebatan panjang antara para tokoh yang memiliki teori saling membantah
dan menjatuhkan itulah tanda perkembangan teori, Penjelasan tentang teori
belajar saat ini terus digalang dalam dunia pendidikan karena sangat penting
sebagai dasar untuk melakukan studi literatur atau teori sebagai pijakan untuk
mengembangkan suatu penelitian, teori belajar menurut (Slamet, 2003) Belajar
adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya. Artinya interaksi seseorang dengan
lingkungan masyarakatnya sangat membantu untuk proses belajar. Sedangkan
menurut (Sudjana, 2000) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Perubahan tersebut antara lain berupa perilaku,
tutur kata, maupun dalam proses belajar yaitu dari tidak tahu menjadi tahu.
Sejak tahun Sembilan
puluhan UNESCO (1996), menganjurkan semua bangsa untuk mereformasi pendidikan
bagi seluruh warga dunia dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di abad ke
21 dan mengemukakan empat pilar penting bagi penyelengaraan pendidikan
sepanjang hayat, pertama, (learning to know) belajar mengetahui, kedua,
(learnig to do) belajar melakukan, ketiga, (learning to live together) belajar
hidup bersama, dan keempata (learning to be) belajar untuk menjadi seseorang.
Maklumat ini seharusnya sampai saat ini terus digalakkan karena pembelajaran merupakan
tolak ukur maju dan mundurnya suatu bangsa ketika masyarakatnya tidak memiliki
pengetahuan contoh tentang sejarah bangsanya maka ia akan tertinggal namun
sebaliknya ketika masyarakat memahami sejarah bangsanya insa allah bangsa
tersebut akan terus berkembang dan maju.
Pembelajaran sejarah saat sekarang didominasi oleh kenyataan bahwa peserta didik
diharuskan menghafal fakta sejarah, nama-nama konsep seperti yang digunakan
dalam sebuah cerita sejarah, menghafal jalan cerita semua peristiwa (Hamid,
2016: 1-3). Hal ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi guru disekolah. Maka
Masalah yang seperti ini harus menjadi suatu keharusan untuk selalu diperbaiki
karna pembelajaran sejarah ini berfungsi untuk meningkatkan kesadaran sejarah.
Maka untuk
itu dalam tulisan makalah ini akan dijelaskan bagaimana teori bandura yang
dalam ruang lingkup kajian teori kognitif diterapkan dalam proses pemebelajaran
sejarah untuk melahirkan kesadaran sejarah dengan memadukan teori belajar
bandura pada pembelajaran sejarah untuk melihat sejarah sosial masyarakat
dimasa lalu dengan perilaku yang patut dicotoh sehingga membangun mental bagi para
peserta didik.
b. Rumusan Masalah
Padakajian
tentang teori bandura penulis merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan
sebagai berikut yang tertera dibawah ini:
1.
Bagaimana
sosok albert bandura ?
2.
Bagaimana
sejarah lahirnya teori belajar albert bandura?
3. Bagaimana pemikiran albert bandura
?
4.
Bagaimana
Implementasi Teori Belajar albert
bandura pada pembelajaran sejarah?
c. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan teori teori albert
bandura tentang masalah judul diatas memiliki tujuan sebagai berikut :
1.
Memahami
sosok albert bandura.
2.
Memahami
sejarah lahirnya teori belajara abert bandura.
3. Memahami pemikiran albert bandura.
4.
Memahami
Implementasi Teori Belajar albert bandura pada pembelajaran sejarah.
Dari rumusan masalah dan tujuan tersebut penulis makalah akan
berusaha semampu penulis untuk menjelaskan bagaiamana teori bantura ketika
diterapkan dalam pembelajaran sejarah.
PEMBAHASAN
a. Biografi
Albert Bandura
Albert bandura lahir
pada 4 desember 1925 di mundare, sebuah kota kecil di Alberta, kanada sekitar
50 mil sebelah timur Edmonton. Bandura adalah anak bungsu dan ia adalah
satu-satunya anak laki-laki diantara enam bersaudara dari keluarga keturunan
eropa timur. Kedua orang tua bandura telah ber-emigrasi ke kanada ketika mereka
remaja, jadi orang tua bandura berasal dari Krakow polandia dan berkerja
menjaga perlintasan kereta api jalur trans kanada dan ibunya berasal dari
ukraina, bekerja di toko general town. Pada tahun 1952 albert bandura menikah
dengan Virginia verns, yang bekerja menjadi staf pengajar di universitas
perawat. Dari pernikahan tersebut bandura dikaruniai dua orang anak. Anak
pertama bernama mary yang lahir pada tahun 1954 dan yang kedua bernama carol
yang lahir pada tahun 1958 (Qumruin Nurul Laila,2015:1). Sebagai seorang tokoh
dalam teori pembelajaran patut diketahui latar belakang kehidupanya karna kata
pepatah lama tak kenal maka tak saying untuk itu dijelaskan bagaimana kehidupan
berkeluarga Albert Bandura dalam tulisan makalah yang penulis buat.
Jenjang pendidikan yang
ditempuh Albert Bandura pertama gelar B. A. dari university of british
Columbia, kemudian M. A. Pada 1951, dan Ph. D. pada 1952 dari uversit of lowa.
Dia ikut magang pascadoktoral di Wichita guidance center pada 1953 dan kemudian
bergabung di Stanford university. Pada 1969-1970 dia sempat di center for the
advanced study in the behavioral sciences. Bandura pernah menjabat sebagai
david starr Jordan professor of social science di fakultas psikologi di
universitas Stanford (Hergenhahn dan Olso, 2009). Dari latar belakang
pendidikan albert bandura sangat mendukung ia dalam melakukan kajian tentang
teori pembelajaran sosial yang dikenal dengan belajar observasional. Untuk itu Kuntowijoyo
(1995) mengatakan seseorang ketika ingin melakukan penelitian dan penulisan
harus memiliki kedekatan intelektual dan kedekatan emosional. Jelas yang
dilakukuan oleh bandura otomatis sudah memiliki criteria tersebut dalam
mengkaji teorinya.
Penghargaan yang pernah
diterima Bandura adalah gfsti california
ard unggenheim fellowship, 1972: distinguished
scientist award dari divisi 12 american
psychological association, 1972, distinguished
scientific achievement award fsti california psychological associantion, 1973,
presidency of the American psychological
association, 1974, james mckeen
cattell award, 1977, dan james mckeen
catell fellow award dari American psychological society, 2003-2004. Selain
itu, bandura menjabat sebagai posisi di beberapa masyarakat ilmiah dan menjadi
anggota dewan editor untuk sekitar 17 buah jurnal ilmiah (Hergenhahn dan Olso,
2009). Penghargaan yang didapat oleh bandura tersebut memiliki andil yang
sangat besar untuk ia lebih semangat lagi mengembangkan teorinya dan kalau kita
melihat dari sisi penghargaan otomatis bandura bisa dikatakan orang yang
berhasil dalam mengembangkan teori belajar sosialnya.
b. Sejarah
Teori Alberd Bandura
Sejarah teori ini
sangat penting untuk diketahui oleh para akademisi karena teori bandura ini
sebenarnya kalau dilihat dari sisi sejarah maka bandura terpengaruh oleh
pemikiran Kenneth Spence yang pada saat itu dikenal sebagai teoretisi hullian
terkemuka, pada saat bandura belajarar di university of lowa. Akan tetapi minat
bandura pada saat itu adalah psikologi klinis. Kemudian pemikiran bandura
dipengaruhi oleh buku social learning and
imitation karya Miller dan Dollard (1941) karena mengunakan teori belajar
hulian sebagai basis penjelasan (Hergenhahn dan Olso, 2009). Walaupun pada
penjelasan selajutnya ada kritik yang dilakukan bandura terhadap dua tokoh
tersebut pada saat mereka mengembangkan teori observaisional artinya bahwa
bandura ternyata orang yang kritis pada masanya dalam menilai teori.
Perkembangan belajar observasional Menurut (Shanti, 2010:70)
belajar observasional telah dikenal sejak jaman yunani, oleh para tokoh filsuf
pada saat itu seperti Plato dan Aristoteles. Pada masa selajutnya penelitian
tentang observasional digalakan lagi oleh Edward L. thorndike (1898), dengan melakukan
eksperimental terhadap seekor kucing dan ia meletakknanya kedalam kotak teka
teki dan kucinglain di sangkar yang ada di dekatnya. Kucing dalam kotak teka
teki adalah kucing terlatih untuk keluar dari kotak sehingga kucing tersebut
bisa keluar dari kotak tersebut. Setelah itu dimasukkan kucing kedua ternyata
respon dari kucing yang kedua tidak ada reaksi sama sekali untuk keluar kotak
setelah mengamati kucing pertama begitu
seterusnya baik di uji kepada anjing, ayam, moyet, samapi tahun 1901, thorndike
melakukan eksperimen tersebut maka hasilnya sama saja sehingga tidak mendukung
hipotesis bahwa mereka memiliki kemampuan untuk belajar melakukan sesuatu
setelah melihat hewan lain melakukan atraksi. Watson, (1908) telah mereplikasi
riset thorndike dengan eksperimen monyet, dia juga tidak menemukan bukti adanya
belajar observasi. Mereka Thorndike dan Watson sama-sama menyimpulkan bahwa
belajar hanya berasal dari (pengalaman langsung dan bukan dari pengalaman tak
langsung atau pengganti. Mereka mengangap belajar terjadi sebagai hasil dari
interaksi seseorang dengan lingkungan dan bukan dari hasil pengalaman terhadap
interaksi orang lain.
Terlepas dari kegagalan
yang dilakukan oleh Thorndike dan Watson muncul minat Miller dan Dollard untuk
melakukan penelitian lebih lanjut terkait belajar observasional. mereka Yakni
bila perilaku imitatif (Imitative Behavior) diperkuat, maka ia akan diperkuat
seperti jenis perilaku lain, jadi intinya bahwa belajar imitatif adalah kasus
khusus dari pengkondisian instrumental. Untuk lebih jelasnya belajar imitatif
ini ada tiga, pertama, same behavior (Peilaku Sama). Terjadi ketika
dua atau lebih individu merespons situasi yang sama dengan cara yang sama.
Kedua, copying behavior (Perilaku
Meniru atau Menyalin) adalah melakukan peilaku sesuai dengan perilaku orang
lain, seperti ketika instruktur memberi bimbingan dan tanggapan korektif
terhadap siswa kelas seni yang sedang berusaha menggambar. Ketiga, matched-dependent behavior (perilaku
yang tergantung pada sesesuaian) seorang pengamat diperkuat untuk mengulang
begitu saja tindakan dari seorang model (dalam Hergenhahn dan Olso, 2009) .
Dalam penjelasan tiga
hal tersebut tenyata Miller dan Dollard berpendapat bahwa belajar imitatif
adalah hasil dari observasi, respons nyata, dan penguatan. Jadi tidak ada
pertentangan kesimpulan ini dengan kesimpulan Thorndike dan Watson. Jadi Miller
dan Dollard menemukan bahwa organisme tidak belajar dari observasi saja dan
beranggapan bahwa satu satunya
kekeliruan Thorndike dan Watson adalah mereka tidak meletakkan hewan naïf ke
dalam kotak teka teki dengan hewan yang pintar. Penjelasan Miller dan Dollard
memberikan penjelasan empiris pertama terhadap fenomena tersebut. Dan kemudian
karya Miller dan Dollard memberi efek lemah selama dua dekade. dan lebih lanjut
Skinnerian memberi penjelasan terhadap belajar observational ternyata sama
dengan penjelasan miller dan dollard. Pertama perilaku model diamati, kedua,
pengamatan meniru respons dari model, dan ketiga, respons yang sama diperkuat.
Jadi menurut analisis operan terhadap belajar observasional, perilaku model
betindak sebagai stimulus diskriminatif yang menunjukkan tindakan mana yang
akan menghasilkan penguatan (Hergenhahn dan Olso, 2009).
Jadi reiset terbaru
menujukakan Thordike, Watson, Miller, Dollard dan Skinner adalah mereka tidak
lengkap risetnya. Untuk topik tentang hal serupa baru pada 1960-an mulai
diteliti lagi Oleh bandura yang menentang penjelasan belajar imitative dan
merumuskan teorinya sendiri yang berbeda dengan teori behavioristik sebelumnya.
Bandura menganggap belajar observasi atau sosial sebagai proses kognitif, yang
melibatkan sejumlah atribut pemikiran manusia, seperti bahasa, moralitas,
pemikiran, dan regulasi diri perilaku dalam (Hergenhahn dan Olso, 2009). Maka
dari itu untuk lebih jelasnya akan dijelaskan berkaitan dengan pemikiran labert
bandura sebagai bentuk penjelasan belajar teori sosialnya.
c. Pemikiran
Albert Bandura
Pemikiran dasar Albert
Bandura berkaitan dengan teori belajar sosial disebut pula teori pembelajaran
melalui peniruan yang dilakukan oleh pembelajar. Teori bandura tersebut dalam
(Aini Mahabbati, 2012:8) berdasarkan pada tiga asumsi dasar yang mempengaruhi
perilaku a. personal, orang, b. Environment, lingkungan, c. Behavior, perilaku.
Maka dari tiga hal tersebut bila
diterapkan dalam pembelajaran. Pertama, individu melakukan pembelajaran dengan
meniru apa yang ada di lingkungannya, terutama perilaku orang lain. Kedua,
terdapat hubungan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya. Ketiga, hasil
pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan
dalam perilaku sehari-hari. Jadi dari tiga asumsi tersebut dapat dipahami
proses pengamatan itu sangatlah jelas dalam semua proses yang terjadi disetiap
pembelajaran.
Proses pembelajaran
ini lebih ditegaskan lagi oleh Bandura dalam (Mohamad Surya, 2004:44) pembelajaran
terjadi lewat beberapa komponen. pertama perilaku model, kedua pengaruh
perilaku model, ketiga proses interaksi belajar. Jadi dalam hal ini seseorang
melakukan pembelajaran dengan proses mengenal perilaku model bisa dikatakan
proses meniru perilaku orang lain, kemudian di analisis dan dipilah untuk
dijadikan suatu model yang akan ditiru sehingga menjadi kebiasaan sendiri. dalam komponen proses pembelajaran tersebut
perlu dipahami bahwa ada tahapan peristiwa yang perlu diketaui dalam proses
belajar sosial bandura dalam (Qumruin
Nurul Laila,2015) diantaranya sebagai berikut:
Pertama tahapan
perhatian, pada tahap ini para siswa atau para peserta didik pada umumnya
memusatkan perhatian pada obyek materi atau perilaku model yang lebih menarik
terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang
sebelumnya telah mereka ketahui. Kedua tahap penyimpanan dalam ingatan, pada tahan
ini peserta didik melakukan proses penagkapan informasi berupa materi yang
berupa perilaku model setelah itu diproses dan disimpulkan dalam memori. Ketiga
tahap reproduksi, pada tahap ini adalah segala bayangan atau citra mental atau
kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah
tersimpan dalam memori peserta didik itu diproduksi kembali. Keempat tahap
motivasi, Pada tahap terakhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku
belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai penguatan
bersemayamnya segala informasi dalam memori para peserta didik. Dari semua
tahap tersebut bila diterapkan dalam pembelajaran sejarah otomatis akan mampu
menjawab masalah pembelajaran sejarah.
d. Teori
Belajar Sosial Bandura Dipadukan Dalam Pembelajaran Sejarah
Perkembangan
teori saat ini tidak terlepas dari catatan sejarah yang sampai pada hari ini
terus ditulis oleh para sejarawan, diera sekarang ini memerlukan teori yang
mampun menjawab masalah kekinian untuk menyiapkan masa depan. Dalam tulisan ini
antara teori bandura dengan sejarah dikaitkan untuk melahirkan wacana baru
dalam suatu kajian. Kajian teori sosial bandura suatu keharusan karna teori
bandura sangat cocok bila diterapkan dalam pembelajaran sejarah apalagi teori
tersebut dalam proses pembelajaran menekankan untuk selalu mengamati dalam
memperoleh informasi baru sejarahpun memerlukan proses mengamati. Dalam
kurikulum 2013 kompetensi inti dan kompetensi dasar SMA/MA dijelaskan bahwa proses
mengamati itu sangat penting dilaksanakan untuk melahirkan proses berpikir atau
kognitif sehingga siswa mampu membagun wacana diskusi bersama guru. Menurut
teori bandura, faktor penentu kepribadian adalah faktor kognitif, seperti
memori anti sipasi, perencanaan, dan kemampuan penilaian (Feist dan Feist,
2006). Artinya bahwa peran dari kognitif ini sangat penting dalam menetukan
keberhasilan suatu proses pembelajaran.
Pembelajaran merupakan proses untuk
mendapatkan pengetahuan baik langsung maupun tidak langsung. Menurut bandura
(1977:12) segala sesuatu yang dapat dipelajari dari pengalaman langsung juga
bisa dipelajari melalui pengalaman tak langsung atau pengalaman penganti. Jadi
proses pembelajaran dalam teori tersebut tidak hanya terpaku pada satu sumber
saja akan tetapi lebih banyak maka lebih baik dalam arti belajar tidak hanya
dari guru tapi melalui organisasi, membaca buku, mengamati lingkungan sehingga
pengetahuan meningkat. Bandura (1977:48) lebih memertegas lagi bahwa untuk
menjadi seseorang yang innovator kreatif perlu belajar dari karya orang lain
dan kemudian menciptakan sesuatu yang baru. Bila mencermati pendapat tersebut
tentu akan memacu seseorang untuk serius lagi belajar, apalagi belajar sejarah
membutuhkan keseriusan untuk memahami perkembangan sejarah.
Pembelajaran
sejarah adalah suatu proses untuk membantu mengambarkan potensi dan kepribadian
peserta didik melalui pesan-pesan sejarah agar menjadi warga bangsa yang arif
dan bermartabat. Menurut Isjoni (2007:12)
pembelajaran sejarah berarti proses belajar mengajar pembelajaran sejarah.
Isjoni lebih mempertegas lagi bahwa pembelajaran sejarah harus dapat
mengaktualisasikan dua konsep pembelajaran (1) pendidikan dan pembelajaran
intelektual, dan (2) pendidikan dan pembelajaran moral bangsa. artinya sesuai
dengan teori pembelajaran sosial bandura bahwa pembelajaran itu berdasarkan
kaidah yang diambil dari observasi orang belajar antara lain, orientasi
penilaian, gaya bahasa, skema konseptual, strategi pemrosesan informasi,
operasi kognitif, dan standar perbuatan, Bandura (1977:42). Semua ini dalah
bentuk bagaimana seseorang harus belajar untuk membetuk intelektual dalam
sejarah perlu adanya proses konseptual, informasi, kognitif atau proses
berpikir. Begitupun pembelajaran moral memerlukan perbuatan yang baik agar
moral sebagai bangsa tetap terjaga.
SIMPULAN
Dari
penjelasan yang sudah dipaparkan tersebut maka kesimpulan sederhana dari
penulis bahwa teori pembelajaran alber bandura sangat mendukung membelajaran
sejarah karna proses mengamati atau peniruan dalam teori tersebut bisa menjadi
acuan untuk mengembangkan pembelajaran sejarah yang inovatif, kreatif.
Ada
tigahal yang dijalaskan dalam teori bandura yang mempengaruhi perilaku, adanya
pengaruh orang lain, lingkungan dan perilaku. Semua ini adalah komponen yang
menjadi acuan untuk pengmebangan perilaku peserta didik dalam proses
pembelajaran untuk itu diharapkan ada orang yang bisa lebih mendalami teori
bandura sebagai proses kombai dengan pembelajaran sejarah.
Artinya
bahwa teori bandura yang dikenal dengan teori obesrvasi atau teori belajar
sosial ini memberikan andil ketika dalam pembelajaran sejarah diterapkan
apalagi proses mengamati contoh mengamati bagunan candi, mengamati, peristiwa
proklasami melalui fideo ini semua bisa diterapakan melui teori alber bandura
maka penulis meyakini bahwa teori belajar alber bandura sangat mendukung ketika
diterapkan dalam pembelajaran sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Aini
Mahabbati, 2012. Analisis Teori Belajar
Sosial Bandura Mengenai Ganguan Perilaku Agresif Pada Anak. Universitas
negeri Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Khusus IX, No, 2 November.
Bandura,
A. 1977. Social Learning Theory.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice hall.
Feist,
J dan Feist, G.J. 2006. Theories of
Personality Pelajar Terjemah. Yudi Santoso (2008). Yogyakarta: Pustaka.
Hasan,
2016. Pembelajaran Sejarah yang
Mencerdaskan (Online). Tersedia Http: File Upi.edu/direktorat Tangal
2-10-2016.
Hergenhahn dan Olso, 2009. Theories of Learning Teori Belajar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Kompetensi
Dasar Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA). Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Dalam Halaman Staff.Uny.ac.id.
Diambil Tanggal 13-12-2016
Kuntowijoyo,
1995. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Bentang Budaya.
Qumruin
Nurul Laila,2015.Pemikiran Pendidikan
Moral Albert Bandura. STITNU Al Hikmah Mojokerto: Jurnal Vol. III, No. 1,
Maret.
Shanti, 2010. Psikologi Belajar, Yogyakarta: Universitas Mercu Buana.
Slamet,
2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta : Rhineka Cipta.
Sudjana,
N. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Wenard
Kerig, 2005. Developmental Psychopath logy
From Infancy Throngh Adolescent. New York: MC Graw Hill Companies Inc.
Unesco,
1996. Culture and Development Our
Creative Diversity. Diunduh Tanggal 12 Desember 2016. Tersedia Dihalaman http://partol.unesco.org/culture/en.wv.php.
Watson,1908
Imitation In Monkeys. Psychological.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar