Kamis, 09 November 2017

Teori Albert Bandura




Makalah
Teori Albert Bandura
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Landasan Filosofis dan Teori Pendidikan
 

Oleh :
F A I D I N
1605106


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016



PENDAHULUAN
a.       Latar belakang
Pendidikan diera sekarang penuh dengan tantangan berbicara masalah teori belajar tidak terlepas dari perdebatan panjang antara para tokoh yang memiliki teori saling membantah dan menjatuhkan itulah tanda perkembangan teori, Penjelasan tentang teori belajar saat ini terus digalang dalam dunia pendidikan karena sangat penting sebagai dasar untuk melakukan studi literatur atau teori sebagai pijakan untuk mengembangkan suatu penelitian, teori belajar menurut (Slamet, 2003) Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Artinya interaksi seseorang dengan lingkungan masyarakatnya sangat membantu untuk proses belajar. Sedangkan menurut (Sudjana, 2000) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan tersebut antara lain berupa perilaku, tutur kata, maupun dalam proses belajar yaitu dari tidak tahu menjadi tahu.
Sejak tahun Sembilan puluhan UNESCO (1996), menganjurkan semua bangsa untuk mereformasi pendidikan bagi seluruh warga dunia dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di abad ke 21 dan mengemukakan empat pilar penting bagi penyelengaraan pendidikan sepanjang hayat, pertama, (learning to know) belajar mengetahui, kedua, (learnig to do) belajar melakukan, ketiga, (learning to live together) belajar hidup bersama, dan keempata (learning to be) belajar untuk menjadi seseorang. Maklumat ini seharusnya sampai saat ini terus digalakkan karena pembelajaran merupakan tolak ukur maju dan mundurnya suatu bangsa ketika masyarakatnya tidak memiliki pengetahuan contoh tentang sejarah bangsanya maka ia akan tertinggal namun sebaliknya ketika masyarakat memahami sejarah bangsanya insa allah bangsa tersebut akan terus berkembang dan maju.
Pembelajaran sejarah saat sekarang didominasi oleh kenyataan bahwa peserta didik diharuskan menghafal fakta sejarah, nama-nama konsep seperti yang digunakan dalam sebuah cerita sejarah, menghafal jalan cerita semua peristiwa (Hamid, 2016: 1-3). Hal ini sudah menjadi hal yang lumrah bagi guru disekolah. Maka Masalah yang seperti ini harus menjadi suatu keharusan untuk selalu diperbaiki karna pembelajaran sejarah ini berfungsi untuk meningkatkan kesadaran sejarah.
Maka untuk itu dalam tulisan makalah ini akan dijelaskan bagaimana teori bandura yang dalam ruang lingkup kajian teori kognitif diterapkan dalam proses pemebelajaran sejarah untuk melahirkan kesadaran sejarah dengan memadukan teori belajar bandura pada pembelajaran sejarah untuk melihat sejarah sosial masyarakat dimasa lalu dengan perilaku yang patut dicotoh sehingga membangun mental bagi para peserta didik.
b.      Rumusan Masalah
Padakajian tentang teori bandura penulis merumuskan permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut yang tertera dibawah ini:
1.    Bagaimana sosok albert bandura ?
2.    Bagaimana sejarah lahirnya teori belajar albert bandura?
3.    Bagaimana pemikiran albert bandura ?
4.    Bagaimana Implementasi Teori Belajar  albert bandura pada pembelajaran sejarah?
c.  Tujuan Penulisan
    Tujuan dari penulisan teori teori albert bandura tentang masalah judul diatas memiliki tujuan sebagai berikut :
1.    Memahami sosok albert bandura.
2.    Memahami sejarah lahirnya teori belajara abert bandura.
3.    Memahami  pemikiran albert bandura.
4.    Memahami Implementasi Teori Belajar albert bandura pada pembelajaran sejarah.
Dari rumusan masalah dan tujuan tersebut penulis makalah akan berusaha semampu penulis untuk menjelaskan bagaiamana teori bantura ketika diterapkan dalam pembelajaran sejarah.








PEMBAHASAN
a.       Biografi Albert Bandura
Albert bandura lahir pada 4 desember 1925 di mundare, sebuah kota kecil di Alberta, kanada sekitar 50 mil sebelah timur Edmonton. Bandura adalah anak bungsu dan ia adalah satu-satunya anak laki-laki diantara enam bersaudara dari keluarga keturunan eropa timur. Kedua orang tua bandura telah ber-emigrasi ke kanada ketika mereka remaja, jadi orang tua bandura berasal dari Krakow polandia dan berkerja menjaga perlintasan kereta api jalur trans kanada dan ibunya berasal dari ukraina, bekerja di toko general town. Pada tahun 1952 albert bandura menikah dengan Virginia verns, yang bekerja menjadi staf pengajar di universitas perawat. Dari pernikahan tersebut bandura dikaruniai dua orang anak. Anak pertama bernama mary yang lahir pada tahun 1954 dan yang kedua bernama carol yang lahir pada tahun 1958 (Qumruin Nurul Laila,2015:1). Sebagai seorang tokoh dalam teori pembelajaran patut diketahui latar belakang kehidupanya karna kata pepatah lama tak kenal maka tak saying untuk itu dijelaskan bagaimana kehidupan berkeluarga Albert Bandura dalam tulisan makalah yang penulis buat.
Jenjang pendidikan yang ditempuh Albert Bandura pertama gelar B. A. dari university of british Columbia, kemudian M. A. Pada 1951, dan Ph. D. pada 1952 dari uversit of lowa. Dia ikut magang pascadoktoral di Wichita guidance center pada 1953 dan kemudian bergabung di Stanford university. Pada 1969-1970 dia sempat di center for the advanced study in the behavioral sciences. Bandura pernah menjabat sebagai david starr Jordan professor of social science di fakultas psikologi di universitas Stanford (Hergenhahn dan Olso, 2009). Dari latar belakang pendidikan albert bandura sangat mendukung ia dalam melakukan kajian tentang teori pembelajaran sosial yang dikenal dengan belajar observasional. Untuk itu Kuntowijoyo (1995) mengatakan seseorang ketika ingin melakukan penelitian dan penulisan harus memiliki kedekatan intelektual dan kedekatan emosional. Jelas yang dilakukuan oleh bandura otomatis sudah memiliki criteria tersebut dalam mengkaji teorinya.
Penghargaan yang pernah diterima Bandura adalah gfsti california ard unggenheim fellowship, 1972: distinguished scientist award dari divisi 12 american psychological association, 1972, distinguished scientific achievement award fsti california psychological associantion, 1973, presidency of the American psychological association, 1974, james mckeen cattell award, 1977, dan james mckeen catell fellow award dari American psychological society, 2003-2004. Selain itu, bandura menjabat sebagai posisi di beberapa masyarakat ilmiah dan menjadi anggota dewan editor untuk sekitar 17 buah jurnal ilmiah (Hergenhahn dan Olso, 2009). Penghargaan yang didapat oleh bandura tersebut memiliki andil yang sangat besar untuk ia lebih semangat lagi mengembangkan teorinya dan kalau kita melihat dari sisi penghargaan otomatis bandura bisa dikatakan orang yang berhasil dalam mengembangkan teori belajar sosialnya.
b.      Sejarah Teori Alberd Bandura
Sejarah teori ini sangat penting untuk diketahui oleh para akademisi karena teori bandura ini sebenarnya kalau dilihat dari sisi sejarah maka bandura terpengaruh oleh pemikiran Kenneth Spence yang pada saat itu dikenal sebagai teoretisi hullian terkemuka, pada saat bandura belajarar di university of lowa. Akan tetapi minat bandura pada saat itu adalah psikologi klinis. Kemudian pemikiran bandura dipengaruhi oleh buku social learning and imitation karya Miller dan Dollard (1941) karena mengunakan teori belajar hulian sebagai basis penjelasan (Hergenhahn dan Olso, 2009). Walaupun pada penjelasan selajutnya ada kritik yang dilakukan bandura terhadap dua tokoh tersebut pada saat mereka mengembangkan teori observaisional artinya bahwa bandura ternyata orang yang kritis pada masanya dalam menilai teori.
Perkembangan belajar observasional Menurut (Shanti, 2010:70) belajar observasional telah dikenal sejak jaman yunani, oleh para tokoh filsuf pada saat itu seperti Plato dan Aristoteles. Pada masa selajutnya penelitian tentang observasional digalakan lagi oleh  Edward L. thorndike (1898), dengan melakukan eksperimental terhadap seekor kucing dan ia meletakknanya kedalam kotak teka teki dan kucinglain di sangkar yang ada di dekatnya. Kucing dalam kotak teka teki adalah kucing terlatih untuk keluar dari kotak sehingga kucing tersebut bisa keluar dari kotak tersebut. Setelah itu dimasukkan kucing kedua ternyata respon dari kucing yang kedua tidak ada reaksi sama sekali untuk keluar kotak setelah  mengamati kucing pertama begitu seterusnya baik di uji kepada anjing, ayam, moyet, samapi tahun 1901, thorndike melakukan eksperimen tersebut maka hasilnya sama saja sehingga tidak mendukung hipotesis bahwa mereka memiliki kemampuan untuk belajar melakukan sesuatu setelah melihat hewan lain melakukan atraksi. Watson, (1908) telah mereplikasi riset thorndike dengan eksperimen monyet, dia juga tidak menemukan bukti adanya belajar observasi. Mereka Thorndike dan Watson sama-sama menyimpulkan bahwa belajar hanya berasal dari (pengalaman langsung dan bukan dari pengalaman tak langsung atau pengganti. Mereka mengangap belajar terjadi sebagai hasil dari interaksi seseorang dengan lingkungan dan bukan dari hasil pengalaman terhadap interaksi orang lain.
Terlepas dari kegagalan yang dilakukan oleh Thorndike dan Watson muncul minat Miller dan Dollard untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait belajar observasional. mereka Yakni bila perilaku imitatif (Imitative Behavior) diperkuat, maka ia akan diperkuat seperti jenis perilaku lain, jadi intinya bahwa belajar imitatif adalah kasus khusus dari pengkondisian instrumental. Untuk lebih jelasnya belajar imitatif ini ada tiga, pertama, same  behavior (Peilaku Sama). Terjadi ketika dua atau lebih individu merespons situasi yang sama dengan cara yang sama. Kedua, copying behavior (Perilaku Meniru atau Menyalin) adalah melakukan peilaku sesuai dengan perilaku orang lain, seperti ketika instruktur memberi bimbingan dan tanggapan korektif terhadap siswa kelas seni yang sedang berusaha menggambar. Ketiga, matched-dependent behavior (perilaku yang tergantung pada sesesuaian) seorang pengamat diperkuat untuk mengulang begitu saja tindakan dari seorang model (dalam Hergenhahn dan Olso, 2009) .
Dalam penjelasan tiga hal tersebut tenyata Miller dan Dollard berpendapat bahwa belajar imitatif adalah hasil dari observasi, respons nyata, dan penguatan. Jadi tidak ada pertentangan kesimpulan ini dengan kesimpulan Thorndike dan Watson. Jadi Miller dan Dollard menemukan bahwa organisme tidak belajar dari observasi saja dan beranggapan bahwa  satu satunya kekeliruan Thorndike dan Watson adalah mereka tidak meletakkan hewan naïf ke dalam kotak teka teki dengan hewan yang pintar. Penjelasan Miller dan Dollard memberikan penjelasan empiris pertama terhadap fenomena tersebut. Dan kemudian karya Miller dan Dollard memberi efek lemah selama dua dekade. dan lebih lanjut Skinnerian memberi penjelasan terhadap belajar observational ternyata sama dengan penjelasan miller dan dollard. Pertama perilaku model diamati, kedua, pengamatan meniru respons dari model, dan ketiga, respons yang sama diperkuat. Jadi menurut analisis operan terhadap belajar observasional, perilaku model betindak sebagai stimulus diskriminatif yang menunjukkan tindakan mana yang akan menghasilkan penguatan (Hergenhahn dan Olso, 2009).
Jadi reiset terbaru menujukakan Thordike, Watson, Miller, Dollard dan Skinner adalah mereka tidak lengkap risetnya. Untuk topik tentang hal serupa baru pada 1960-an mulai diteliti lagi Oleh bandura yang menentang penjelasan belajar imitative dan merumuskan teorinya sendiri yang berbeda dengan teori behavioristik sebelumnya. Bandura menganggap belajar observasi atau sosial sebagai proses kognitif, yang melibatkan sejumlah atribut pemikiran manusia, seperti bahasa, moralitas, pemikiran, dan regulasi diri perilaku dalam (Hergenhahn dan Olso, 2009). Maka dari itu untuk lebih jelasnya akan dijelaskan berkaitan dengan pemikiran labert bandura sebagai bentuk penjelasan belajar teori sosialnya.
c.       Pemikiran Albert Bandura
Pemikiran dasar Albert Bandura berkaitan dengan teori belajar sosial disebut pula teori pembelajaran melalui peniruan yang dilakukan oleh pembelajar. Teori bandura tersebut dalam (Aini Mahabbati, 2012:8) berdasarkan pada tiga asumsi dasar yang mempengaruhi perilaku a. personal, orang, b. Environment, lingkungan, c. Behavior, perilaku. Maka dari tiga hal tersebut  bila diterapkan dalam pembelajaran. Pertama, individu melakukan pembelajaran dengan meniru apa yang ada di lingkungannya, terutama perilaku orang lain. Kedua, terdapat hubungan yang erat antara pelajar dengan lingkungannya. Ketiga, hasil pembelajaran adalah berupa kode perilaku visual dan verbal yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Jadi dari tiga asumsi tersebut dapat dipahami proses pengamatan itu sangatlah jelas dalam semua proses yang terjadi disetiap pembelajaran.
Proses pembelajaran ini lebih ditegaskan lagi oleh Bandura dalam (Mohamad Surya, 2004:44) pembelajaran terjadi lewat beberapa komponen. pertama perilaku model, kedua pengaruh perilaku model, ketiga proses interaksi belajar. Jadi dalam hal ini seseorang melakukan pembelajaran dengan proses mengenal perilaku model bisa dikatakan proses meniru perilaku orang lain, kemudian di analisis dan dipilah untuk dijadikan suatu model yang akan ditiru sehingga menjadi kebiasaan sendiri.  dalam komponen proses pembelajaran tersebut perlu dipahami bahwa ada tahapan peristiwa yang perlu diketaui dalam proses belajar sosial bandura dalam (Qumruin Nurul Laila,2015) diantaranya sebagai berikut:
Pertama tahapan perhatian, pada tahap ini para siswa atau para peserta didik pada umumnya memusatkan perhatian pada obyek materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Kedua tahap penyimpanan dalam ingatan, pada tahan ini peserta didik melakukan proses penagkapan informasi berupa materi yang berupa perilaku model setelah itu diproses dan disimpulkan dalam memori. Ketiga tahap reproduksi, pada tahap ini adalah segala bayangan atau citra mental atau kode-kode simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori peserta didik itu diproduksi kembali. Keempat tahap motivasi, Pada tahap terakhir dalam proses terjadinya peristiwa atau perilaku belajar adalah tahap penerimaan dorongan yang dapat berfungsi sebagai penguatan bersemayamnya segala informasi dalam memori para peserta didik. Dari semua tahap tersebut bila diterapkan dalam pembelajaran sejarah otomatis akan mampu menjawab masalah pembelajaran sejarah.
d.      Teori Belajar Sosial Bandura Dipadukan Dalam Pembelajaran Sejarah
Perkembangan teori saat ini tidak terlepas dari catatan sejarah yang sampai pada hari ini terus ditulis oleh para sejarawan, diera sekarang ini memerlukan teori yang mampun menjawab masalah kekinian untuk menyiapkan masa depan. Dalam tulisan ini antara teori bandura dengan sejarah dikaitkan untuk melahirkan wacana baru dalam suatu kajian. Kajian teori sosial bandura suatu keharusan karna teori bandura sangat cocok bila diterapkan dalam pembelajaran sejarah apalagi teori tersebut dalam proses pembelajaran menekankan untuk selalu mengamati dalam memperoleh informasi baru sejarahpun memerlukan proses mengamati. Dalam kurikulum 2013 kompetensi inti dan kompetensi dasar SMA/MA dijelaskan bahwa proses mengamati itu sangat penting dilaksanakan untuk melahirkan proses berpikir atau kognitif sehingga siswa mampu membagun wacana diskusi bersama guru. Menurut teori bandura, faktor penentu kepribadian adalah faktor kognitif, seperti memori anti sipasi, perencanaan, dan kemampuan penilaian (Feist dan Feist, 2006). Artinya bahwa peran dari kognitif ini sangat penting dalam menetukan keberhasilan suatu proses pembelajaran.
 Pembelajaran merupakan proses untuk mendapatkan pengetahuan baik langsung maupun tidak langsung. Menurut bandura (1977:12) segala sesuatu yang dapat dipelajari dari pengalaman langsung juga bisa dipelajari melalui pengalaman tak langsung atau pengalaman penganti. Jadi proses pembelajaran dalam teori tersebut tidak hanya terpaku pada satu sumber saja akan tetapi lebih banyak maka lebih baik dalam arti belajar tidak hanya dari guru tapi melalui organisasi, membaca buku, mengamati lingkungan sehingga pengetahuan meningkat. Bandura (1977:48) lebih memertegas lagi bahwa untuk menjadi seseorang yang innovator kreatif perlu belajar dari karya orang lain dan kemudian menciptakan sesuatu yang baru. Bila mencermati pendapat tersebut tentu akan memacu seseorang untuk serius lagi belajar, apalagi belajar sejarah membutuhkan keseriusan untuk memahami perkembangan sejarah.
Pembelajaran sejarah adalah suatu proses untuk membantu mengambarkan potensi dan kepribadian peserta didik melalui pesan-pesan sejarah agar menjadi warga bangsa yang arif dan bermartabat. Menurut Isjoni (2007:12) pembelajaran sejarah berarti proses belajar mengajar pembelajaran sejarah. Isjoni lebih mempertegas lagi bahwa pembelajaran sejarah harus dapat mengaktualisasikan dua konsep pembelajaran (1) pendidikan dan pembelajaran intelektual, dan (2) pendidikan dan pembelajaran moral bangsa. artinya sesuai dengan teori pembelajaran sosial bandura bahwa pembelajaran itu berdasarkan kaidah yang diambil dari observasi orang belajar antara lain, orientasi penilaian, gaya bahasa, skema konseptual, strategi pemrosesan informasi, operasi kognitif, dan standar perbuatan, Bandura (1977:42). Semua ini dalah bentuk bagaimana seseorang harus belajar untuk membetuk intelektual dalam sejarah perlu adanya proses konseptual, informasi, kognitif atau proses berpikir. Begitupun pembelajaran moral memerlukan perbuatan yang baik agar moral sebagai bangsa tetap terjaga.
























SIMPULAN

Dari penjelasan yang sudah dipaparkan tersebut maka kesimpulan sederhana dari penulis bahwa teori pembelajaran alber bandura sangat mendukung membelajaran sejarah karna proses mengamati atau peniruan dalam teori tersebut bisa menjadi acuan untuk mengembangkan pembelajaran sejarah yang inovatif, kreatif.
Ada tigahal yang dijalaskan dalam teori bandura yang mempengaruhi perilaku, adanya pengaruh orang lain, lingkungan dan perilaku. Semua ini adalah komponen yang menjadi acuan untuk pengmebangan perilaku peserta didik dalam proses pembelajaran untuk itu diharapkan ada orang yang bisa lebih mendalami teori bandura sebagai proses kombai dengan pembelajaran sejarah.
Artinya bahwa teori bandura yang dikenal dengan teori obesrvasi atau teori belajar sosial ini memberikan andil ketika dalam pembelajaran sejarah diterapkan apalagi proses mengamati contoh mengamati bagunan candi, mengamati, peristiwa proklasami melalui fideo ini semua bisa diterapakan melui teori alber bandura maka penulis meyakini bahwa teori belajar alber bandura sangat mendukung ketika diterapkan dalam pembelajaran sejarah.















DAFTAR PUSTAKA
Aini Mahabbati, 2012. Analisis Teori Belajar Sosial Bandura Mengenai Ganguan Perilaku Agresif Pada Anak. Universitas negeri Yogyakarta: Jurnal Pendidikan Khusus IX, No, 2 November.
Bandura, A. 1977. Social Learning Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice hall.
Feist, J dan Feist, G.J. 2006. Theories of Personality Pelajar Terjemah. Yudi Santoso (2008). Yogyakarta: Pustaka.
Hasan, 2016. Pembelajaran Sejarah yang Mencerdaskan (Online). Tersedia Http: File Upi.edu/direktorat Tangal 2-10-2016.
Hergenhahn dan Olso, 2009. Theories of Learning Teori Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,  2013.  Kompetensi Dasar  Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Dalam Halaman Staff.Uny.ac.id. Diambil Tanggal 13-12-2016
Kuntowijoyo, 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang Budaya.
Qumruin Nurul Laila,2015.Pemikiran Pendidikan Moral Albert Bandura. STITNU Al Hikmah Mojokerto: Jurnal Vol. III, No. 1, Maret.
Shanti, 2010. Psikologi Belajar, Yogyakarta: Universitas Mercu Buana.
Slamet, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rhineka Cipta.
Sudjana, N. 2000. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Wenard Kerig, 2005. Developmental Psychopath logy From Infancy Throngh Adolescent. New York: MC Graw Hill Companies Inc.
Unesco, 1996. Culture and Development Our Creative Diversity. Diunduh Tanggal 12 Desember 2016. Tersedia Dihalaman http://partol.unesco.org/culture/en.wv.php.
Watson,1908 Imitation In Monkeys. Psychological.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Kesadaran

 Pendidikan Kesadaran Pendidikan adalah bagian penting untuk menyelamatkan bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang utuh dan berkembang, ...