UJIAN
AKHIR SEMESTER
Dibuat
Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perkembangan Historiografi
Oleh
:
F A I D I N
1605106
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016
Jawaban
1. Bandingkan
perbedaan-perbedaan penulisan sejarah rekonstruksi, konstruksi, dan
dekonstruksi?.
a. Rekonstruksi
Rekonstruksi
dalam penulisan sejarah ialah menyusuk kembali sejarah yang objektif dalam
mengumpulkan data mengunakan arsip, dokumen dan tidak harus ada subjektifisme
penulis sejarah itu sendiri. untuk itu dalam penulisan sejarah menurut Djoko
Soerjo dalam (Alia, 2011) bahwa sejarah adalah rekonstruksi masa lalu, yang
merekonstruksi apa saja yang sudah dipikirkan, dikerjakan, dikatakan, disarankan,
dan dialami oleh seseorang. Artinya bahwa penulisan sejarah membagun kemabali
sejarah yang lebih mementingkan sumber yang pasti untuk melahirkan karya yang
lebih komprehensif.
Adapun
tokoh yang mempelopori menulisan rekonstruksi adalah leovold von ranke pada
saat itu kebangkitan sejarah sebagai suatu disiplin ilmiah yang mengubah
metodologi mulai terjadi disaat itu di Jerman yang pada saat itu ranke seorang
sejarawan dari universitas berlin yang berhasil menyusun suatu metode ilmiah
untuk sejarah pada tahun 1824 yang kemudian metode tersebut digunakan pula di
berbagai universitas di eropa dan amerika sirikat, serta pihak colonial di Indonesia.
Rangke juga dikenal sebagai bapak hirtoriografi modern. Ia berpandagan bahwa
ilmu sejarah harus menunjukkan apa yang benar-benar terjadi. Penulisan sejarah
yang dikembangkan ranke sangat terkait pada peristiwa kebesaran sejarah
nasional, dan sejarah yang berjangakau luas seperti orang orang roma dan jerman
yang tersebar di eropa barat, serta penulisan sejarah untuk bangsa-bangsa
tertentu di eropa(Alia,2011). Jadi penulisan sejarah rokonstruksi ini merupakan
hasil daripada kerja keras Ranke untuk membuat sejarah lebih objektif.
b. Konstruksi
Konstruksi dalam
penulisan sejarah sebenarnya hamper sama dengan rekonstruksi akan tetapi dalam
penulisan sejarah konstruksi ada penambahan dalam pengunaan ilmu-ilmu sosial,
menurut (Agus Mulyana, ), bahwa sebuah sebuah konstruksi pemikiran dalam bentuk
penulisan sejarah sudah barang tentu akan menjadi sumbejktif. Kenapa demikian
karena dalam konstruksi ini mengunkana ilmu bantu sehingga dalam penulisan
interpretasi penulis sejarah tidak seobjektif dalam penulisan rekonstruksi.
Walaupun demikian akan tetapi dalam penulisan sejarah tidak terlepas dari pada
subjektifitas. Menurut Sjamsuddin (2007: 155) bahwa interpretasi pada
dasarnya merupakan konstruksi dari pemikiran penulis. Sehingga dalam penulisan
sejarah faktor terpentingnya adalah latar belakang pendidikan dan tingkat
pemahaman penulis terhada dasar-dasar ilmu sejarah. Sehingga bisa dikatakan inilah keterbatasan
dari penulisan sejarah.
Konstruksi
penulisan sejarah ini sebenarnya dipelopori oleh kelompok annales, yang lahir
di negara prancis yang pada saat itu berupaya mendekatkan sejarah dengan
disiplin ilmu-ilmu sosial, tokoh terkemuka pada saat itu adalah Fernad Braudel
yang dianggap sebagai sejarawan paling terkemuka abad ke-20, kerangka analisis
braudel telah menjadi inspirasi bagi ahli ilmu-ilmu sosial termasuk sejarawan
dalam mengembangkan pendekatan dalam suatu penelitian, pengembangan ini disebut
sebagai sejarah struktural, yang corak penulisan sejarah dan
analisanya terhadap fenomena-fenomena sejarah yang menggunakan pendekatan
struktural, manusia sebagai pendukung sejarah berada dalam struktur yang ada
dalam aspek kehidupan manusia. Kemberhasilan kelompok annales dibuktikan mereka
bisa menarik para sejarawan terhadap berbagai isu fundamental dan teori sosial.
Di inodesia yang dikenal dengan sejarawan yang terpengaruh oleh pemiliran
kelompok analesa adalah sartono karto dirjo yang disebut sebagai pelopor
sejarah Indonesia, bukan saja dalam historiografi Indonesia, tetapi dalam
historiografi akademik pada umumnya (Leirissa, 2001).
c. Dekonstruksi
Dekonstruksi dalam penulisan sejarah adalah
berusaha mengkritik penulisan sejarah sebelumnya, bila mengacu pada pertanyaan
makan baik rekonstruksi maupun kunstruksi tersebut dikritisi oleh dekonstruksi.
Dalam hal ini kita perlu pakam dekonstruksi dalam bentu definisi bahwa
dekonstruksi berasal dari kata de dan construktio latin. Pada umumnya de
berarti ke bawah pengurangan atau terlepas dari. Sedangkan kata construction
berarti bentuk, susunan, menyusun, mengatur, dekonstruksi dapat diartikan
sebagai pengurangan atau penurunan intensitas bentuk yang sudah tersusun.
Sebagai bentuk yang sudah baku kristeva (1980) menjelaskan bahwa dekonstruksi
merupakan gabungan antara hakikat destruktif dan konstruktif.
Maka dekonstruksi adalah suatu
wacana dalam penulisan sejarah dimana dekonstruksi ini merupakan bagian dari
postmodern kenapa bisa demikian karena postmodern juga dipandang mempunyai
kemampuan untuk mendekonstruksi dalam arti mengandung kemungkinan bahwa kita dapat
mengkritik, mengubahnya, agar membuka institusi yang bersangkutan bagi masa
depannya (Jacques Derrida dalam Post
Modernisme , Kevin O’Donnel 2009:105). Jadi dekonstruksi merupakan salah satu pemikiran
yang diilhami Jacques Derrida membawa iplikasi bahwa persoalan sejarah adalah
persoalan kebahasaan, bahasalah merupakan isi sejarah sebagai tercermin dalam
kondisi sejarah saat ini.
Dari penjelasan diatas maka letak
perbedaan antara rekonstruksi, konstruksi dan dekonstruksi adalah tercermin
pada langkah masing masing dalam penulisan sejarah sebagi contoh dekonstruksi
lebih pada penulisan sejarah yang berusaha seobjetif mungkindengan menngunakan
data dokumen dan arsi, sedangkan konstrksi lebih pada penambahan ilmu Bantus
seperti ilmusoasial sehingga tidak bisal lepas dari subjektifitas, dan
dekonstruksi mengkritik kedua nya diatas.
2. Terangkan
apa yang dimaksud dengan metahistery
dan poetic of history? Apa hubungannya dengan dan narrative? Dan/atau
linguistic turn?
Jawab
a. Metahistery
Metahistery adalah suatu kajian yang
bermaksu dalam penulisan sejarah tidak terlepas dari suatu kiasan seperti yang
pernah diungkapkan White dalam (Sjamsuddin, 2007) mengungkapkan bahwa sejarah
disebut metahistory karena sejarah tidak bisa menolak masuknya kiasan-kiasan
dalam penulisan sejarah. Seperti pusisi sejarah, kisah sejarah yang didalamnya
terdapat kiasan-kiasan.
Metahistory merupakan suatu bagian dari
perkembangan yang didasari oleh sejarah post modern diamana suatu penjelasan
sejarah diidentikkan dengan puisi sejarah dalam hal ini penulis sejarahlah yang
membuat itu semua sehingga gaya bahasanya, pemilihan kata dalam rangka untuk
mencerminkan bahwa sejarah tidak hanya bersifat ilmiah tapi sejarah juga bisa
seperti puisi, satra, novel. Tergantung daripada penulis sejarah itu sendiri.
b. Poetic
of History
Poetic of history berkaitan juga dengan
metahistory yang menjelaskan puisi untuk sejarah atau puisi sejarah, yang
didalamnya terdapat kiasan itu salah satunya disebut puisi sejarah yang di
tulis dalam teks seperti yang diungkapkan Carrad dalam (Sjamsuddin,2007:347) bahwa puisi sejarah adalah kajian tentang
aturan, kode, prosedur yang beroperasi disarangkaian tesk tertentu. Jadi Poetic
of history ini menjelaskan tentang penulisan sejarah yang identik dengan puisi
sejarah mengikiti aturan, kode dan prosedur dalam rangka menulis sejarah.
Untuk itu Poetic of history dan
metahistery merukan suatu wacana yang berkembang pada historiografi postmodernisme,
yang tidak sepakat dengan bentuk metanarasi berkaitan dengan teori besar, yang
universal, kebenaran yang tunggal semua ini tidak disepakati oleh kelompok
postmodern yang dimana mereka menginginkan bahwa, harus ada teori yang
spesifik, sebagai yang loka, dan kebenaran yang beragam dan lebih dipetegas
oleh (Adian,2006) bahwa menangkap adanya gejala nihilism pada budaya barat
modern. Untuk itu perlu kiranya dalam penulisan sejarah memperhatikan peristiwa
lokal.
c. Kaitan
antara metahistery dan poetic of history dalam narrative dan linguistic turn?.
Penjelasan yang berkenaan dengan
hunungan metahistory dan poetic of history dengan Linguistic turn dan Narrative Trun dimana letak hubungannya didalam penulisan sejarah
bila diamati dalam beberapa literature maka akan ditemukan hubungannya maka
akan dicoba jelaskan dibawah ini letak keterkaitanya.
Pertama, berkenaan dengan linguistic turn atau kembali ke linguistik
bisa juga diartikan sebagai kembali ke kebudayaan cultural merujuk pada perkembangan filsafat barat abad ke-20 yang
memiliki karakteristik utama memusatkan diri pada filsafat dan akibatnya pada
ilmu-ilmu kemanusiaan dan ilmu sosial. Jadi dalam hal ini para sejarawan
mengalihkan pandanganya pada masalah bahasa, identitas, symbol-simbol dan
konstruksi-konstruksi sosial dengan mulai meninggalkan penjelasan materi yang
mengunakan hitungan atau angka-angka dan melihat bahasa sebagai fondasi
disiplin ilmu apalagi sejarah. Hayden white dalam (Sjamsuddin, 2007)
menjelaskan dalam wacana sejarah kekuatan bahasa ini secara khusus ditunjukkan
oleh hasil kajian arti-arti kiasan retorik. Artinya bahwa linguistiktru sangat
berkaitan dengan metahistory dan poetic of history dalam ruang lingkup
budaya, sosial, dan intelektual dalam memaparkan kebenaran pada suatu kajian
sejarah. Artinya bahwa metahistery dan
poetic of history tidak pernal
terpisah dengan kajian bahasa seperti yang diungkapkan (Sugiharto, 1996) bahwa
bahasa adalah cara yang khas dari manusia didunia. Jadi bahasa ini sangat
penting untuk mengunkapkan sejarah karena tampa bahasa maka akan sulit
mengungkap peristiwa sejarah.
Kedua, narrative turn bisa diartikan sebagai kembali ke narasi adalah
sebuah science of narrative untuk memperoleh momentumnya dengan perkembangan teori-teori
strukturalis naratif di perancis pada pertengahan 1950-an sampai akhir tahun
1960-an untuk tokohnya yang terkenal adalah roland barthes, seorang simiolog
dan kritikus sastra prancis arti dari naratif adalah yang pertama dari gaya
aliran yang luar biasa beragam.naratif juga bisa dibawakan oleh bahasa yang
diucapkan jelas, lisan atau tulisan, naratif juga hadir dalam mitos, legenda,
cerita, sejarah, tragedi (Barthes, 1977). Jadi naratif merupakan suatu kajian
yang bisa dikatakan sangat berkaitan dengan linguistic, metahistery dan poetic of
history kenapa bisa demikian karena naratif merupakan suatu wacana,
menyikap tujuan-tujuan komunikatif, ekspresif dan persuasive serta historis
yang puitis dalam hal ini maka semua ini berkaitan dengan ketigalah bisa
disimpulkan bahwa semua hal tersebut saling mendukung antara satu dengan yang
lain.
3. Jelaskan
bagaimana kaitan ideologi dengan perubahan sosial dalam historiografi
postmodern?
Jawab
a. Kaitan
ideologi dengan perubahan sosial dalam penulisan sejarah postmodern.
Ideologi merupakan sesuatu yang
dipakai untuk menunjukkan kelompok ide-ide yang teratis menangani
bermacam-macam masalah politik, ekonomi, dan sosial serta asas haluan pandanga
hudup dunia (Pius Abdillah P, 2005). Jadi ideologi disini merupakan bentuk
kelompok yang mampu menangani masalah dan sebagai pandangan hidup dimana
seseorang yang memiliki pemahan tentang ideology akan menegetahui apa yang
dibutukan dan apa kekuarangannya. Menurut Athur ideologi selalu merupakan
ideologi penguasa yang bekerja melalui apa yang digagasnya dengan konsep
ideologikal state apparatus (ISA).
Edeologi merupakan kekuatan yang dimaksudkan untuk membentuk sabjek melalui overdeterminasi, atau dengan cara
memasukkan subjek de dalam golongan yang disapa atau diakuinya (Robertus
bobert. 2010). Selanjutnya menghasilkan suatu kondisi yang disebut salah
mengenali, pandangan inilah yang selanjutnya menempati posisi penting dalam
tradisi pemikiran madzhab Frankfurt, bahwa realitas masyarakat itu tak mungkin
mampu mereproduksi dirinya sendiri tanpa dukungan dari ideologi (Salvoj Zizek.
1989). Artinya bahwa betapa pentingnya ideology menurut mereka. Namun yang
menjadi fokus jawaban untuk pertanyaan diatas bahwa keterkaitan ideologi dengan
perubahan sosial dalam penulisan sejarah postmodern tentu ini suatu wacana yang
tidak henti-hentinya diperbincangkan kenapa demikian karena ideology sangat
ditentang oleh postmodern seperti pikiran tentang kebenaran universal. Jadi
menurut (Sjamsuddin, 2007) bahwa para postmodernis belajar
mengkontekstualisasi, mentoleransi relativisme, dan menyadari selalu ada
perbedaan. Hal inilah yang mendasari pemikiran para pemikir postmodern selalu
ada perbedaan maka mereka menentang sekali hal-hal yang bersifat universal
dalam penulisan sejarah.
Ideologi dimata postmodernisme
seperti konsep dekonstrukdi Derridah bahwa konsep kritik ideologi besar atas
ilmu pengetahuan, dimana semua jenis ideologi harus dikritisi dan ditolak,
selayaknya dalam konsep berideologi, ruang lingkup gerakan manusa akan selalu
dibatasi dengan mata rantai keyakinan prinsip yang permanen, untuk itu sikap
postmodern terhada ideologi terdapat beberapa sikap yang menjadi sumber
kritikan (Will Slocombe,2006)
diantaranya adalah a. penafsiran atas ke universalan suatu pemikiran
totalism, b. penekanan adanya pergolakan pada identitas personan maupun sosial
secara terus menerus yang tiada henti. c. semua jenis ideology harus dikritisi
dan ditolah, d. setiap eksistensi obyektif dan permanen harus diingkari, e. semua
jenis epistemology harus dibongkar, f. postmodernisme memiliki ide besar
melakukan pengingkaran penggunaan metode permanen dan dalam menilai ide besar
melakukan pengingkaran penggunaan metode permanen dan paten dalam menilai fakta
dan realitas ilmu pengetahuan. Jadi semua hal inilah bentuk keritik yang
dilakukan postmodern terhadap ideologi yang berkembag karena yang dinginkan
oleh postmodern sangat berbeda dengan keberadaan ideologi.
4. Apa
yang dimaksud dengan microstoria dan altagsgeschichte? Buat rangkuman singkat
tulisan-tulisan carlo ginzburg, the cheese and the worms dan Natalie zrmon
davis, the return of martin guerre. (synopsis dapat dicari di internet).
Jawab
a. Microstoria
Microstoria bisa juga
disebut microhistory pada awalnya berkembang di Italian, untuk mengetahui apa
sebenarnya microhistery maka dalam salah satu pendapat (Burke, 2000: 442) bahwa
microhistory adalah sejarah mikro. Yang selalu berusaha mempelajari masa lalu
pada level komunitas kecil, meliputi ruang lingkup baik desa, jalan, keluarga,
dan bahkan individu, yang merupakan usaha peninjauan terhadap wajah-wajah dalam
kemurukan yang memungkinkan pengalaman pasti pada konteks sejarah sosial. Jadi
penulisan sejarah ini masih pada ruang lingkup terkecil dalam rangka mengangkat
sejarah sosial untuk menjadi sebuah cerminan atau bisa juga menjadi wacana
untuk penulisan sejarah.
Microhistoria merupakan
suatu yang tidak bisa bisa dipisahkan dari nilai subjektifitas kenapa demikian karena
penulisan sejarah ini lebih identik suatu cerita rakyat dimana cerita ini akan
berbeda dimasing-masing individu yang menceritakan untuk lebuh jelasnya menurut
(Kartodirdjo, 1992) sejarah sebagai cerita merupakan suatu karya yang
dipengaruhi oleh subyektifitas sejarawan. Contoh cerita ken arok dan ken dedes,
cerita wali songgo yang pergi haji tiap hari jum’at, ada seorang bisa
menghilang semua ini dilator belakangi oleh cerita mistik yang mungkinsaja ada
yang percaya dan tidak makan sekali lagi bahwa sejara model ini tentu sangat
subjektif seperti (Kuntowijoyo, 1995:90-92) pernah berkata bahwa dalam
penulisan sejarah seorang sejarawan harus memiliki kedekatan itelektual dan
kedekatan emosional. Begitu juga dalam sejarah yang bersifat cerita rakyat ini makan
tidak akan terlepas dari fungsi penulis dalam menguraikan tulisannya.
b.
Alltagsgeschichte
Alltagsgeschichte merupakan sejarah
sejarah kehidupan sehari-hari artinya dalam penulisan sejarah ini seorang
penulis menulis tentang biongrafi seseorang atau bisa juga aktifitas penulis
itu senidri dimana muali dari aktifitas keluarga, pendidikannya, aktifitas
bermasyarakatnya, semuanya dicatat sehingga menjadi suatu sejarah dan apalagi
penulis tersebut menulis dirinya dan pada akhirnya ia menjadi presiden tentu
tulisan itu sudah pasti akan menajadi sejarah yang wajib dibacar, menurut (Burke,
2000) bahwa Alltagsgeschichte merupakan sejarah keseharian. Dalam arti bahwa
sejarah ini merukan suatu wacana yang ditulis oleh seseorang tersebut conto
mulai ia banguntidur, mandi, pakai baju, kesekolah, atau ke kampus, belajar,
beribadah, bermain semua ia catat sehingga menjadi sejarah.
Pemahaman tentang Alltagsgeschichte
sebagai sejarah keseharian berkembang di jerman penulisan ini menarik tradisi
filsafat dan sosiologi yang diantaranya terlihat pada salah satu karya Alfred
Schutz dan Erving Goffman dalam karya mereka inilah sejarah keseharian muncul
kepermukaan dan menjadi suatu pengalaman manusia yang dibawa kepada sejarah
sosial untuk menjadi suatu bentuk sejarah namun sebenarnya penulisan sejarah
ini pun tidak terlepas dari subjektifitas walaupun penulis megalami sendiri.
yang lebig menari bilakita baca novel sejara seperti tulisan (Pramoedya Ananta
Toer, 2011) berkenaan dengan judul tentang anak semua bangsa tentu cerita yang
ada didalam tulisan tersebut mencerminkan juga kehidupan keseharian seorang
penulis maupun tokoh yang ia angkat dalam tulisan tersebut. Jadi yang perlu
dipahami adalah bagaimana penulisan sejarah seperti ini sebenarnya tidak hanya
sejarawan yang bisa menulis tapi semua orangpun bisa.
c. Rangkuman
tulisan tulisan-tulisan Carlo Ginzburg, the
cheese and the worms dan Natalie Zrmon Davis, the return of martin guerre.
Pertama, Carlo Ginzburg,The Cheese and the Worms
Bila dikaji tulisan Carlo Ginzburg,
yang berkaitan dengan keju dan cacing merupakan studi tajam dari budaya popular
pada aba ke-16 (enam belas) seperti yang terlihat pada mata seorang pria yang
dituduh sesat dalam hukuman mati. Carlo Ginzburg dalam menulis ia mengunakan
catatan sidang untuk menggambarkan konflik agama dan sosial masyarakat. Pada
saat itu dan bukunya telah secara luas dianngap sebagai awal dari analitik,
kasus yang berorientasi pada pendekatan yang dikenal dengan microhistory.
Dalam pengandarnya Carlo Ginzburg
sangat bijak sana menawarkan cerita wajah sendiri dan ia mengangap bahwa
perbedaan antara niat dari penulis serta apa yang ditulis. Jadi Carlo Ginzburg
selalu beresonansi dengan pembaca modern karena mereka fokus pada bagaimana
ungkapan lisan dan tertulis (William, 1983). Artinya bahwa dalam penulisan ini
bisa di amati seoarang penulis mampu memberikan suati wacana sehingga bisa
menarik para pembaca baik dalam hal pengungkapan suatu peristiwa yang pada
akhirnya bisa menjadi acuan dalam menyelesaikan masalah. Maka tulisan ini wajib
dibaca.
Keduan, Natalie Zrmon Davis,The Return of Martin Guerre
Dalam karya yang ditulis oleh Natalie
Zrmon Davis merupakan kajian dalam bentuk rokonstruksi diartikan membangun
kembali seperti yang dikemas dengan analisis yang cerdas dalam haluan dan
selain itu penulisan juga dimodifikasi juga dalam bentuk filem. Maka ini
menunjukkan adanya kesatuan aliran filsafat yang berawal dari membangun kembali
sejarah dan mengambil fakta sejarah dari
seorang maertin guerre kemudian dikonstruksi dengan kajian struktur sosial dan
kompleksitas psikologi melalui kajian
ilmu bantu. Dalam penulisan tersebut bila di amati maka penulis tersebut
mengunakan gaya penulisan narrative trun, yaitu kembali kenaratif dan
linguistic tru kembali kepada bahasa seperti yang diungkapkan (Sugiharto, 1996)
bahwa dalam penulisan sejarah tidak terlepas dari peran dari bahasa. Serta dapat menceritakan kisah Martin Guerre yang menjadi legenda seorang
sejarawan mencatat bahwa dalam beberapa sumber arsip dan buku kisah tersebut
sudah menjadi misteri seorang perempuan terhormat bartrande de rols, meneria
pria penipu sebagai suami tentu cerita ini dalam hal ini wanita terhormat
tersebut diceritakan terpesona oleh sosok laki-laki penipu tersebut. Namun yang
menjadi titik penjelas bahwa tulisan yang dubua oleh Natalie Zemon
Davis merupakan suatu rekonstruksi
kehidupan oaring-orang biasa dengan cara memngungkapakan lampiran tersembunyi
dan kepekaan dari desa orangnya buta huruf menjadi suatu cerita yang luar biasa
tentang pria dan wanita yang mencoba untuk mengunkapkan identitas mereka dalam
dunia tradisional tentantang susunan keluarga dan mengubah ide-ide tentang
agama. The Return of Martin Guerre akan menarik
orang-orang yang ingin tahu lebih banyak tentang keluarga biasa dan khususnya
perempuan dari
masa lalu, dan
tentang penciptaan legenda sastra. Menjadi suatu cerita yang menari pembaca (Natalie Zemon
Davis, 1983). Jadi tulisan ini sangat
menarik untuk dibaca sebagai bentuk melihat realitas sosial antara wanita dan
laki-laki yang menjadi bersatu walaupun beda pekerjaan maupun beda marga dll.
Daftar Pustaka
Agus Mulyana. 2009.
Historiografi
Dalam Memahami Buku Teks Pelajaran Sejarah.
Bandung: Seminar Nasional Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS
UPI.
Alia, 2011. Metodologi Sejarah
dan Implementasi Dalam Penelitian. Penyusunan
Materi Mata Kuliah Program Studi Pendidikan Sejarah Fkip Unsri.
Barthes, 1977. Kembali ke Naratif Narrative Tur.
Bandung: Diambil Pada Halaman http:/www.uni tnit/rucola/download/ds/czasni
awska.pdf. Pada Tanggal 12 Desember 2016.
Burke, Peter,
2000. Sejarah dalam Kuper, Adam dan
Kuper, Jesica, Ensiklopedi Ilmu ilmu Sosial. Diterjemahkan Oleh Haris
Munandar dkk. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Helius Sjamsuddin, 2007.
Metodologi Sejarah,
Yogyakarta: Ombak.
Kristeva, 1980. The Phrase 'Text of Society and History' is From
the Essay on 'The Bounded Text' in Desire in Language.
Kuntowijoyo,
1995. Pengantar Ilmu Sejarah.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Leirissa. 2001. Sejarah
dan Demokrasi. Makalah Disampaikan Dalam Konfrensi Nasional Sejarah
Indonesia VII. Jakarta. 28-31 Oktober 2001. Diambil pada tanggal 14 desember
2016.
Natalie Zemon Davis, 1983. Buku synopsis.
Harvard: Harvard
University
Press
O’Donnell, Kevin. 2009. Postmodernisme.
Yogyakarta: Kanisius.
Pius Abdillah P,
2005. Kamus Ilmiah Popular Lengkap.
Surabaya: Arkola.
Pramoedya Ananta
Toer, 2011. Anak Semua Bangsa. Jakarta Timur: Lentera Dipantara.
Robertus Bobert.
2010. Manusia Politik. Subjek Radikal dan
Politik Emansipasi di Era Kapitalime Global Menurut Slavij. Tangerang: Marjin
Kiri.
Salvoj Zizek.
1989. The Sublime Object of Ideology.
London: Verso.
Sugiharto, Bambang,
1996. Postmodernisme: Tantangan Bagi
Filsafat. Yokyakarta: Kanisius.
Will Slocombe, 2006. Postmodern Nihilism: Theory and
Literature. New york: Routledge.
William W.Kelly,
1983.The Cheese and the Worms, The Cosmos
of Asixteenth Century Miller, by Carlo Ginzburg. New York: Penguin Books. Journal
of Peasant Setudies.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar