Senin, 06 November 2017

Multikulturalisme Australia


Multikulturalisme Australia
(Kajian Historis Kontemporer Multikulturalisme)
 
A.    Latar Belakang
Australia ialah suatu negara di belahan selatan yang terdiri dari daratan utama benua Australia, Pulau Tasmania, dan berbagai pulau kecil di Samudera Hindia, dan Samudra Pasifik. Terdapat masyarakat primitif yang beragama (paganisme) yang masih tergolong pada kepercayaan (animisme), dikenal dengan masyarakat Aborigin. Menjadi negara yang bebas (liberal) dan memiliki kesadaran untuk menyusun suatu kepentingan bersama melalui tujuan lahirnya negara yang multikultur, sebagai negara tempat mingrasi besar-besaran pada masa revolusi industri mengakibatkan negara ini. Merupakan tempat tujuan utama para imigran yang dihukum, para penjahat, dan pengangur yang ada di Eropa seperti negara Inggris pada saat itu. 
Artikel ini akan menjelaskan sejarah Australia mulai dari sejarah awal,  baik kondisi masyarakatnya, ciri fisik, nama negara, peta negara, jumlah penduduk, dan sampai pada lahirnya kebijakan multikulturalisme di Austalia. Melahirkan tujuan bersama dalam pemerintahan, dengan menerapkan di dunia pendidikan. Sehingga melahirkan kesetaraan dalam ruang lingkup bermasyarakat dan bernegara. Walaupun kenyataan sangat sulit melihat terjadinya suatu kesetaraan diantara imigran dan para pribumi Australia (Aborigin dan Torres). Melihat konteks terjadinya tindakan yang tidak manusiawi, membunuh, membantai, dan sampai mereka dijangkit penyakit. Menyebabkan populasi mereka menurun dan anak hasil nikah campuran tidak diberikan pada mereka. sehingga mereka  tidak bisa membesarkan anak sendiri.
Kemudian mereka disingkirkan, karena tidak memiliki peran dalam dunia pendidikan diakibatkan ketidaktahuan mereka karena tidak berpendidikan yang baik, menyebabkan sulit untuk mengelola kekayaan alamnya. Dampak terjadinya masalah yang demikian bila dihayati dan direnungi betapa terbelakang masyarakat Aborigin. Maka penulis memiliki inisiasi untuk menuliskan artikel multikulturalisme Australia sebagai bahan kajian dan bacaan bagi generasi intelektual, dalam sub-sub pembahasan tulisan artikel ini.
B.     Pembahasan
Sejarah Australia yang panjang memiliki konteks budaya dan karakter tersendiri, serta memiliki Bangsa pribumi yang dikenal dengan Aborigin dan penduduk pribumi Salat Torres dan merupakan masyarakat asli yang bentuk kebudayaan asli yang selalu berbeda satu sama lain tapi selalu berkesinambungan. Mereka memiliki bahasa dan adat mereka sendiri.
Bangsa pribumi Australia telah hidup di Australia selama antara 40.000 dan 60.000 tahun. Dalam sejarah, orang-orang Aborigin berasal dari daratan utama Australia dan Tasmania. Penduduk pribumi selat Torres berasal dari pulau-pulau yang terletak antara bagian paling ujung Queensland dan Papua New Guinea. Penduduk pribumi Aborigin dan Selat Torres memiliki banyak kemiripan budaya dengan bangsa Papua New Guinea dan pulau-pulau pasifik lainnya, karena memang  keturunan orang Papua yang menjelajah ke benua Australia, sekitar 40.000 tahun lalu. Bentuk fisik rata-rata lebih kecil dan lebih pendek dari orang Papua. Rambut mereka juga keriting, namun sebagian warnanya sudah kemerah-merahan atau cokelat pucat, sedangkan warna kulit mereka gelap (sumber: Padre, 2012, http://pandri-16.blogspot.co.id). Sejarah Australia, mengajarkan kepada para penikmat sejarah sebagai cara untuk memahami sejarah panjang Australia yang terdapat implikasi kejuangan bangsa minoritas dan bangsa yang taat dan tunduk pada para pendatang yang datang sebagai imingran Australia.
Para pendatang dari Inggris (Eropa) yang berlayar dipantai Australia, yang dulu disebut New Holland, di abad ke-17. Kemudian, baru di tahun 1770 kapten James Cook memetakan pantai timur dan menyatakannya sebagai milik Inggris. Wilayah baru ini digunakan sebagai koloni terhukum, dan pada tanggal 26 januari 1788, armada pertama 11 kapal yang membawa 1.500 orang (setengahnya merupakan narapidana) tiba di pelabuhan Sydney, sampai pengangkutan terhukum ini berakhir di tahun 1868, 160.000 pria dan wanita telah datang ke Australia sebagai narapidana. Kemudian para pemukim yang bebas mulai berdatangan sejak awal tahun 1790-an, namun di sisi lain kehidupan para tahanan sangatlah berat, jumlah pria lima kali lipat dari jumlah wanita, dan kaum wanita selalu hidup dalam keadaan terancam eksploitasi seksual. Para laki-laki yang kembali melanggar hukum dicambuk dengan brital, dan kejahatan kecil seperti mencuri dapat terkena hukum gantung. Kaum Aborigin tergusur oleh pemukiman baru dan lebih menderita lagi kehilangan tanah serta sakit dan kematian akibat penyakit yang dibawa orang asing ini menggangu praktik dan gaya hidup tradisional mereka (Sumber  sejarah Australia :http://www.australia.com). Sejarah ini sudah memberikan gambaran yang kongkrit terkait datangnya para imigran berdampak tidak signifikan bagi para pribumi, sehingga terjadi ketimpangan sosial serta keterbelakangan bagi orang pribumi Aborigin Australia.
Nama Australia berasal dari kata Latin Australis, yang berartidari selatan’. Selama berabad-abad, menjadi legenda bahwa ada daratan besar di selatan yang tidak dikenal - Terra Australis Incognita. Deskripsi ini digunakan dalam tulisan-tulisan tentang penjelajahan ke wilayah tersebut. Nama ‘Australia’ mendapat sambutan luas menyusul publikasi catatan Matthew Flinders pada tahun 1814 tentang pelayarannya mengelilingi benua ini, A Voyage to Terra Australis (Sebuah Pelayaran ke Terra Australis), dalam publikasi itu dia memakai nama Australia.  Gubernur Lachlan Macquarie kemudian memakai nama Australia dalam laporan resminya dan menganjurkan supaya nama tersebut dipakai. Pada tahun 1824, British Admiralty (Departemen Angkatan Laut Inggris) setuju benua tersebut secara resmi dinamakan Australia (sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Australia). Artinya, Australia merupakan suatu negara yang memang secara historis bisa dikatan sama dengan Indonesia. Dalam hal menentukan nama, tentu indonesia pun sejak dulu dalam tulisan-tulisan para sejarahwan dimedia masa dan dikembangkan oleh para perhimpunan indonesia pertama kali pada majalah mereka dicantumkan nama Indonesia, kemudian terkenal dan dijadikanlah indonesia sebagai nama negara, dan lahirnya sumpah pemuda 1928 ialah dalam menyatukan bangsa,  begitupun Australia dalam menentukan nama negaranya secara utuh sebagaimana yang kita lihat sekarang ini.
Gambar 1.1. Peta Autralia
Negara Australia dilihat dari peta terdiri dari beberapa negara bagian atau wilayah teritorial Australia yang didiami oleh masyarakatnya dan memiliki karakter yang khas atau berbeda dari negara-negara lain karena cuaca (iklim) yang melahirkan watak dan karakteristik bagi suatu masyarakat. Menurut Ibnu Khaldun, masyarakat yang lahir kenapa bisa berbeda watak dan tabiatnya, itu disebabkan oleh iklim di suatu wilayahnya. Terbentuknya watak keras, lembut dan lainnya tergantung dimana ia lahir dan juga bagaimana peran dari orang tua yang mendidiknya. Maka dari itu, wilayah negara bagian Australia serta jumlah penduduknya perlu dijelaskan sebagai bahan kajian serta sumber yang dapat dianalisis, sebagai berikut:
1.      New South Wales (6,55 penduduk) ibu kota (Sydney) penduduk ibu kota (4,12).
2.      Victoria (4,93) ibu kota Melbourne (3,59).
3.      Queensland (3,90) ibu kota Brisbane (1,76).
4.      Australia Barat (1,96) Perth (1,45).
5.      Australia Selatan (1,51) Adelaide (1,11).
6.      Tasmania  (0,48)  Hobart (0,32).
7.      Ibu Kota Teritori Australia (0,32) Canberra (0,32).
8.      Teritori Utara (0,19) Darwin (0,11).
Wilayah negara bagian Australia, terdapat delapan wilayah yang masing-masing memiliki ibu kota yang berbeda-beda. Penduduk Australia yang terbanyak berada pada wilayah (New Soult Wales) yang menempati poin presentase (6,55%) dengan ibu kotanya Sydney sebanyak (4,12%). Sedangkan penduduk yang paling sedikit ialah penduduk yang menempati wilayah (Teritori Utara) dengan presentasi (0.19%), dengan ibu kotanya Darwin dengan presentase (0,11%).
Berdasarkan apa yang penulis amati dari hasil sensus ditahun 2006 ,bahwasanya populasi masyarakat Australia secara etnis, mengalami perkembangan yang sangat signifikan di Australia, di Kota Sydney hanya 20% dari penduduk yang keturunan orang Australia, penduduk lainnya yang terbanyak adalah keturunan Inggris (22%), diikuti China (10%), Irlandia (9%), Skotlandia (6%) dan Jerman (3%).  Jika dibandingkan dengan Greater Sydney, perbedaan terbesar Kota Sydney dalam hal keturunan adalah proporsi penduduk yang lebih besar untuk keturunan Australia (25,5% berbanding 19,1%), keturunan China (10,1% berbanding 6,1%) dan keturunan Irlandia (9,3% berbanding 6,8%). Terdapat proporsi yang lebih kecil pada keturunan Lebanon (0,7% berbanding 2,7%) dan Italia (2,4% berbanding 3,6%). Populasi kaum Aboriginal dan Torres Strait Islander di Kota Sydney dalam tahun 2006 adalah 1.981 yang merupakan 1,7% dari populasi, sedangkan di dalam Greater Sydney adalah 1,1%. (artikel, City of Sydney, 2009: 9).
Melihat keberagaman Austalia bisa dilihat pada keberadaan agama. Secara umum Australia adalah negara Kristen, dengan sekitar 64 % penduduk Australia mengaku sebagai penganut agama Kristen, namun agama-agama besar lainnya juga memiliki penganut yang mencerminkan masyarakat Australia yang majemuk secara budaya. Agama atau aliran kepercayaan Australia paling awal mulai dengan Penduduk Aborigin dan Penduduk Kepulauan Selat Torres, yang telah mendiami Australia selama antara 40.000 dan 60.000 tahun. Penduduk Asli Australia memiliki tradisi agama dan nilai-nilai rohani yang unik. Australia tidak mempunyai agama negara yang resmi dan masyarakat bebas menganut segala agama yang mereka pilih, sepanjang mereka patuh pada hukum. Penduduk Australia juga bebas untuk tidak memeluk agama (sumber: 2017. http://indonesia.embassy.gov.au).  Terbukti dengan mengamati hasil sensus 2016, untuk pertama kalinya mayoritas warga Australia (29%) menyatakan tidak menganut agama tertentu. Jumlah itu melonjak dibandingkan dengan sensus 2001 yang hanya 16% (sumber: 2017. http://poskotanews.com). Perkembangan ini memberikan suatu kebebasan yang sangat luas didalam kehidupan di Australia.
Secara berturut-turut, agama terbanyak yang dianut warga Australia adalah Katolik (22,6%), Anglikan (13,3%), gabungan denominasi Kristen Protestan (3,8%), Islam (2,6%), Buddha (2,4%), Hindu (1,9%), Sikh (0,5%), Yahudi (0,4%). Pada sensus tahun lalu, 9,6% warga tak menyebut agama mereka, sedangkan 0,8% lainnya menganut sejumlah agama lain. Setidaknya terdapat 2,8% warga Australia mengklaim berdarah Aborigin atau keturunan warga Kepulauan Selat Torres. Angka itu meningkat dari 2,5% pada 2011. Secara rinci, jumlah itu bertambah dari 548.368 jiwa, manjadi 649.171 jiwa. Sebelum orang-orang Eropa tiba di Australia pada 1788, jumlah penduduk asli benua itu berkisar antara 315.000 hingga satu juta jiwa. Angka itu menurun drastis akibat berbagai wabah penyakit, tindak kekerasan, pemindahan paksa, dan perampasan lahan (Abrar, 2015, hlm. 15).
Gambar 1.2. Lambang Australia
Berdasarkan gambar lambang diatas, Kanguru dan Burung emu tidak bisa jalan mundur. Australia berharap negaranya terus mengalami kemajuan bukan kemunduran.
Salah satu krisis yang terjadi berdasarkan sejarah australia, yakni menghasilkan suatu multikulturalisme dalam bermasyarakat, dimana Multikulturalisme ialah sebuah kajian yang didasari pada kebudayaan. Multi (banyak) kultur (budaya) dan isme (paham atau aliran) (Mahfud, 2011). Disepakati bahwa maksud dari definisi dasar diatas ialah suatu masyarakat yang berkelompok, bersuku, berbangsa, baik lokal, nasional, dan global. Memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk dihargai berdasarkan budaya yang mereka miliki, sebagai bentuk pengejawantahan dari suatu konstruksi pemikiran bahwa multikulturalisme menjadi suatu pijakan dalam menghargai sesama. Ditekankan dalam isme” yakni perlu adanya penerapan dan penanaman mulai dari generasi muda bangsa, dalam hal ini pendidikanlah yang paling tepat untuk menanamkan benih-benih multikulturalisme yang mengandung ideologi, untuk menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan dan hak serta status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh negara Amerika dalam rangka menanamkan  hegemoni sebagaimana dalam buku neo imperialisme Amerika (Chomsky, 2008, hlm. XVI-XXI) bahwa memanipulasi lembaga pendidikan, media dan kaum intelektual dengan cara merombak semua keadaan masyarakat sehingga patut dan tunduk pada keputusan atau kebijakan pemerintah. Dengan demikian, Amerika sampai sekarang dapat menjadi negara adidaya, yang bisa dihormati oleh setiap negara.
Keadaan pendidikan sebagaimana dijelaskan sebelumnya, memberikan gambaran secara kongkrit bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan kekinian, sebagaimana sudah disepakati oleh berbagai negara dalam suatu kesepakatan di Jenewa melalui lembaga UNESCO yang melibatan beberapa negara diantaranya ialah, Amerika, Inggris, Jerman dan Australia pada tahun 1994. Menurut Rifa’i, A (2015) berdasarkan uraian diatas, melahirkan 4 kesepakatan dalam rangka merealisasikan pendidikan multikulturalisme; pertama, kesepakatan pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan untuk mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada dalam kebhinekaan pribadi, jenis kelamin, masyarakat dan budaya serta mengembagkan kemampuan untuk berkomunikasi, berbagi dan bekerja sama dengan yang lain; kedua, kesepakatan bahwa pendidikan hendaknya meneguhkan jati diri dan mendorong konvergensi gagasan dan penyelesaian-penyelesaian yang memperkokoh perdamaian, persaudaraan dan solidaritas antara pribadi dan masyarakat; ketiga, kesepakatan bahwa pendidikan hendaknya meningkatkan kemampuan menyelesaikan konflik secara damai dan tanpa kekerasan; keempat, kesepakatan bahwa pendidikan hendaknya juga meningkatkan mengembangkan perdamaian dalam diri pikiran peserta didik sehingga dengan demikian mereka mampu mengembangkan secara lebih kokoh kualitas toleransi, kesabaran, kemauan untuk berbagai dan memelihara ukhuwa kebersamaan.
Dasar kesepakatan inilah menjadikan paradigma semua negara yang menyepakati hal itu, perlu merealisasikannya di negara masing-masing. Begitupun Australia sebagai suatu negara yang besar dan memiliki multikultur dan banyaknya para imingran yang berdatangan ke Austaralia sebagaimana pernyataan bahwa Australia mulitkultual, yang disampaikan oleh perdana menteri Australia Turnbull (2017, hlm. 1) ialah bersatu, kuat, berhasil, memperbarui, dan menegaskan kembali komitmen pemerintah akan Australia yang multikultural, yang tidak menyediakan tempat kepada rasialisme dan diskriminasi. Walaupun wacana baru-baru ini diterapkan, tapi memiliki arti penting bagi orang-orang Aborigin mapun pribumi Torres. Ketika belum ada kesepakatan tentang mulikultural, karena keberadaan mereka sangat terasing dan tertindas oleh para pendatang atau imingran dari Inggris sejak tahun 1788 sampai 2007.
Sekelumit sejarah tentang “200 tahun Tragedy Aborigin”. Sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
“…Kedatangan Inggris ke daerah Sydney 1788, dan membawa virus atau penyakit yang menewaskan ratusan orang tahun 1789. Masyarakat aborigin ketika itu di Sydney 4070.000. pemerintah memberikan hak kepemilikan tanah bagi orang Inggris, mebuat masyarakat Aborigin tergusur.   Pada 1791 langkah serupa menyebar ke seantero Australia. Kemudian menyebabkan terjadi konflik antara Aborigin danInggris. Konflik ini mengakibatkan puluhan eibu orang Aborigin mati di banding Inggris hanya ratusan korban.  Pada 1 januari 1901 resmi berdiri negara persemakmuran Australia. Pada 1910, pemerintah di berbagai negara bagian mengeluarkan kebijakan untuk memisahkan keturunan Aborigin Pada 1937. Ada sekitar 60.000, orang berdarah Aborigin campuran. Anak-anak diambil pakasa, tidak diberi hak milik tanah, tidak ada aborigin yang menduduki kursi parlemen. 1967 lewat referendum, Australia baru Aborigin hak hukum. Dalam memilih dan mengakhiri diskriminasi. Tahun 1970 mencabut hukum untuk memisahkan keluarga Aborigin. Namun praktik memisahkan keuarga dan anak Aborigin terus terjadi. Pada tahun 1976, pemerintah pusat memberi hak hukum kepada Aborigin untuk kepemilikan lahan di Northern Territory, ini adalah sebuah langkah hukum yang berpihak pada Aborigin. Tahun 1992, MA Australia membeli hak hukum pada Aborigin sebagai pemilik lahan milik mareka, sebelum pendatang Inggris memasuki Australia. Pada tahun 1997, Pemerintah John Howard menolak meminta maaf. Pada tahun 2007, Pemerintah Kevin Rudd mau meminta maaf kepada Aborigin (Sumber: kompas 2009)…”.
Kenyataan sejak datangnya Inggris ke Australia bila merenung dan menghayati diskriminasi yang terjadi, sangat mengharukan, dan membuat pembaca terbawa pada masa itu dan membayangkan kekejaman dan ketidakadilan, mengakibatkan suku asli terpinggirkan dan tidak diberikan hak sedikitpun dalam tanah kelahiran mereka. Baru pada 1976 diberikan hak hukum tentang tanah mereka, tapi sebelum itu mereka korbankan nyawa dalam rangka melawan ketidakadilan. Tahun 2007, orang-orang Inggris mau meminta maaf, sebelum itu malah menolak untuk melakukan minta maaf. Sedih rasanya jikalaui generasi saat ini yang merasakan kehidupan yang demikian. Artinya pendidikan multikultural yang disepakati UNESCO di Jenewa 1994, sebelumnya pemerintah Australia melalui masa kepemimpinan Perdana Menteri Whitlam (1972-1975) sudah mengeluarkan kebijakan tentang multikulturalisme, namun nyatanya realisasi dari kebijakan ini baru terlihat dan nyata pada tahun 2007 dengan dilakukan permintaan maaf oleh para penindas Aborigin. Ternyata bisa dipastikan rilnya proses multikultural pada saat itu.
Multikultural Australia, tertuang dalam Kebijakan-kebijakan dan program-program pemerintah Australia, dari yang sebelumnya mengunakan kebijakan white autralia policy (kebijakan Australia putih) berubah menjadi multicultural policy (kebijakan multikultur) (Russel ward, 1987, hlm.160). Dampak dari ini, membuat orang Aborigin yang sebelumnya merasakan penindasan dan diskriminasi, sehingga meningkatkan kepercayaan diri mereka bersama dengan berbagai kegiatan masyarakat, memberi inspirasi mendukung dan menjaga kesatuan bersama, seperti yang diuraikan (Collins:1991) sebagai berikut:
a.       Program bahasa Inggris untuk migrant dewasa atau adult migrant English program membantu para migran dan orang-orang yang masuk karena alasan kemanusiaan untuk belajar bahasa Inggris dan keterampilan  hidup dasar agar mereka dapat berpartisipasi secara sosial dan ekonomi di dalam masyarakat Australia.
b.      Kebijakan multikultural Access and equity ? (keadilan dan asas multikultural) pemerintah memastikan agar program dan layanan pemerintah memenuhi kebutuhan seluruh warga Australia, apapun latar belakang budaya dan bahasanya.
c.       Jalur-jalur mendapatkan kewarganegaraan memberikan kesempatan bagi para migran baru untuk dapat menjadi peserta penuh dan aktif dalam masyarakat sipil.
d.      Pemerintah menyokong media multikultural yang kuat dan beragam melalui radio, media cetak, media internet dan telivisi.
e.       Harmony day dibentuk pada tahun 1999 dan sekarang dirayakan oleh ribuan warga Australia setiap tahunnya, untuk menyebarkan pesan ketercakupan, rasa hormat dan rasa memiliki kepada semua orang.
f.       Australia multikultural council (dewan multikultural Australia) bertindak sebagai badan penasihat inti yang memberikan nasehat bijaksana dan independen kepada pemerintah.
Pendapat yang sama diutarakan oleh Keith Banting. Menurut Banting, (2006) dalam tulisannya bersama Kymlicka bahwa kebijakan multikultural yang mengakui pluralitas budaya tidak akan mengerosi ataupun meruntuhkan entitas politik negara. Studi empiris yang dilakukannya terhadap 21 negara di antaranya seperti Australia, Austria, Belgia, Kanada, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman dan sebagainya membuktikan bahwa negara-negara yang menerapkan kebijakan multikulturalisme tetap stabil secara sosial, politik, ekonominya.
      Penduduk Australia tidak menikmati keharmonisan dan kemakmuran mereka begitu saja bersama-sama sebagai individu, kelompok, dan pada segala tingkat pemerintahan secara bersama terus membangun komunitas-komunitas yang lebih kuat, lebih bersatu padu dan makmur, dengan dipandu oleh nilai-nilai yang Australia anut bersama dan arah-arah strategi. Sebagaimana tercermin dalam Ideologi negara Australia adalah liberal yang mendasari pada nilai kebebasan yang menjadi nilai politik yang utama. Liberal menghendaki adanya pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribumi yang relative bebas, dan suatu pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap pemilikan individu (Abrar, 2015, hlm. 15). Oleh karena liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi tumbuhnya kepitalisme. Pemahaman tentang ini sebenarnya dipengaruhi oleh eropa yang masuk dan datang didalam Australia.
Sistem pendidikan di australia tidak mengenal tidak naik kelas, karena selalu peserta didik naik kelas dan tidak mencantumkan rangking dalam rapor siswa karena dalam rapor hanya tercantum nilai siswa, komentar guru, dan deskripsi posisi nilai siswa terhadap rata-rata kelas untuk setiap mata pelajaran. Untuk yang berprestasi, guru memberinya sertifikat dan voucher. Sedangakn pemerintah Australia merumuskan tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam Melbourne Declaration yang dihasilkan semua menteri pendidikan Australia baik dari pemerintah federal maupun pemerintah negara bagian yaitu (1) mengembangkan kesetaraan dan keunggulan generasi muda Australia dan (2) seluruh generasi muda Australia menjadi pembelajar yang sukses, individu yang percaya diri dan kreatif, dan menjadi warga negara yang aktif dan inspiratif (Abrar. 2015. hlm, 17). Untuk mencapai tujuan tersebut maka kegiatan pembelajaran yang dikembangkan ialah Excursion, karena sangat disukai oleh siswa, dalam penerapanya sekelompok siswa mengunjungi suatu tempat sambil belajar. Tempat yang sering dijadikan objek pembelajaran ialah sungai, universitas, taman-taman, perusahaan, gallery seni dan tempat penting lainnya. Dengan demikian, pendidikan dapat menerapkan pemikiran dan nilai sebagai suatu yang fundamental dalam pendidikan sebagaimana nilai multikultur yang diwacanakan agar bisa diterapkan. Maka perlu kesadaran sebagai suatu konsekwensi bahwa setiap suku yang ada harus dijadikan obejek kajian bagi para peserta didik.
Pada negara Australia, pedoman kurikulum dibuat terpusat tetapi sekolah-sekolah dapat mengadaptasikanya untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan lokal. Kurikulum  Australia disusun dalam rangka menyongsong dengan semboyan “Educating Our Children to Succed in the 21th Century” (Mendidik anak Australia untuk sukses di abad 21). Tentu hal ini sudah menjadi tekad pemerintah secara nasional dan diaplikasikan oleh tiap daerah bagian dan tingkat lokal untuk menjadi orang yang sukses dan dapat menghargai sesama. Bentuk dari pengahargaan itu tentu dengan mempelajari nilai multikulturalisme. Dalam hal ini, karakteristik nilai (value) yang dibangun melalui kurikulum Australia ialah:
a.       Mengejar pengetahuan dan komitmen untuk pencapaian potensi
  1. Penerimaan diri dan rasa hormat diri
  2. Menghormati dan kepedulian terhadap orang lain dan hak-hak mereka
  3. Sosial dan tanggung jawab sipil
  4. Tanggung jawab lingkungan (http://camincamin.blogspot.co.id).
Pelaksanaan pendidikan multikultural di Australia mengalami perkembangan, yaitu dari politik pasif ke arah asimilasi aktif (1945-1972). Pertama, Pendidikan untuk kaum migran bersifat pasif, artinya anak kuam imigran menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan yang ada. Sehingga tahun 1970-an kurikulum masih terpusat, hingga menyulitkan di dalam menyesuaikan dengan kebutuhan multietnis Australia. Antara tahun 1972-1986 semua propinsi di Australia telah mengadopsi kebijakan pendidikan multikultural, sehingga multikultural  menjadi penting dan dapat merekat persaudaraan antara bangsa yang ada di Australia.
Program pendidikan multikultural antara lain berbentuk bahasa Inggris sebagai bahasa kedua. Pendidikan “Community Language” yaitu bahasa yang digunakan di dalam suatu masyarakat tertentu. Segi ekonomi dalam pendidikan multikultural (1986-1993), yaitu adanya bantuan dana dan masuknya Asian Studiens Program yang berisi bahasa Asia an kebudayaannya. Pelajaran bahasa Indonesia sudah dimasukkan di dalam kurikulum sekolah dasar sampai Universitas. Dewasa ini, hampir semua sekolah di Australia telah melaksanakan pendidikan Multikultural, karena pendidikan multikultural di Australia memiliki tujuan sebagaimana dalam tulisan Sutarno, (2017, hlm. 12) berikut ini;
a.       Mengerti dan menghargai bahwa Australia pada hakekatnya adalah masyarakat multibudaya dalam sejarah, baik sebelum maupun sesudah kolonisasi bangsa Eropa.
b.      Membina kesadaran dari berbagai latar belakang kebudayaan untuk berkontribusi membangun Australia.
c.       Pengertian antara budaya melalui kajian-kajian tentang tingkah laku, kepercayaan, nilai-nilai yang berkaitan dengan multikulturalisme.
d.      Tingkah laku yang memperkuat keselarasan antar etnis.
e.       Memperluas kesadaran sebagai seseorang yang mempunyai identitas nasional Australia, tetapi juga akan indentitas yang spesifik di dalam masyarakat Multi budaya Australia.
Identitas Australia telah dibentuk dari warisan masyarakat Australia, kebudayaan masyarakat Australia yang khas dan jiwa wiraswasta bangsa Australia (Australia kini, 2017:43). Pendidikan multikultural di negara maju seperti Australia bertujuan untuk menanggulangi persoalan perbedaan ras, budaya, serta agama sehingga tidak terjadi perpecahan antar warga. Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya. Australia memiliki program-program yang sangat mendukung terlaksananya pendidikan multikulturalisme, karena bisa dipastikan bahwa pendidikan multikultur sudah terpatri dalam pendidikan di Autralia yang menginginkan masyarakatnya menjadi masyarakat aman, tentram, damai, dan sentosa dalam satu bingkai kekuasaan pemerintah.
C.    Analisis
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan menganalisis perkembangan dari pendidikan multikultural yang sudah dilaksanakan atau diterapkan oleh pemerintah Australia. Membaca sejarah dari Australia memberikan gambaran kehidupan awal masyarakat Aborigin yang memiliki kepercayaan alam magis yang abadi. Kaum Aborigin percaya, para leluhur totem membentuk seluruh aspek kehidupan saat Masa impian penciptaan dunia. Para leluhur roh ini dipercaya senantiasa menghubungkan fenomena alam, masa lalu, masa kini, dan masa depan melalui semua aspek. Ciri khas budaya, yang sudah sejak lama mendiami wilayah Austaralia yang dikenal dengan masyarakat atau suku Aborigin dan Torres dan suku yang lainnya dengan kebiasaannya sehari-hari berburu dan meramu, menjadikan mereka bertahan pada seleksi alam. Keadaan yang demikian berbalik arah, ketika para imigran dari Inggris, eropa berdatangan sebagai orang-orang yang dihukum, narapidana, pembangkang politik, dan pembawa virus dari Inggris, yang dibawahi oleh Kapten Arthur Philip. Kemudian era berikutnya berdatangan para pekerja yang dipelopori oleh adanya emas yang melimpah di New South Wales dan Victoria. Keadaan ini menjadikan awal keadaan masyarakat mulai bersingungan, adanya ketidaksepahaman dan ketidaksamaan membuat suatu kelompok melakukan legitimasi secara hukum. Keberadaan para imigran ini memberikan suatu warna baru, karena mereka membawa kebiasaan yang berbeda dari kebiasaan masyarakat asli. Proses yang panjang menyebabkan ketidak adilan terjadi terhadap masyarakat asli, sehingga mengakibatkan masyarakat tersingkirkan, dan terpingirkan.
Ketika itu, keadaan masyarakat asli yang tidak berkompeten, tidak memiliki pemahaman teknologi, maupun ilmu pemerintahan. Menyebabkan pemerintahan dikuasai oleh orang yang kulit putih, atau para imigran asing. Menjadikan masyarakat asli Aborigin tidak memiliki nilai tawar, karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang memumpuni dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan teknologi. Sungguh ironi, dengan keadaan yang demikian, maka para suku asli ini tertinggal jauh, apalagi dalam ranah pendidikan,  karena pada saat itu, yang menguasai adalah para imigran Inggris, maka bahasa nasional menjadi bahasa Inggris. Hal ini juga membatasi hubungan sosial antara orang Aborigin dengan masyarakat asing, sehingga para suku asli Aborigin harus beradaptasi dengan mengunakan bahasa yang belum mereka kenal sebelumnya. Mereka perlu belajar dengan keras, untuk dapat mengenyam pendidikan harus bisa bahasa Inggris, begutupun dalam bekerja.
Penderitaan ini masih dirasakan sampai tahun 2007 oleh suku asli Australia (Aborigin) karena mereka diperlakukan tidak layaknya sebagai masyarakat yang memiliki hak pada tanah kelahiran, mereka tidak diberi hak hukum dalam kepemilikian tanah, mereka diperangi hingga menyebabkan berjatuhnya korban jiwa yang sangat banyak, menyebabkan populasi suku Aborigin berkurang, anak mereka diperkosa, tidak diberikan hak yang layak, apalagi terjadi perkawinan campuran hingga anak mereka dibawa paksa oleh para penduduk Asing. Sampai-sampai mereka bisa dikatakan kotor dihadapan para penguasa. Diskriminasi yang mereka rasakan sangat pahit, sepahit kopi. Keadaan yang memprihatinkan ini menjadikan suatu dasar lahirnya suatu persamaan hak, baik dalam dunia pendidikan maupun pekerjaan, tentu sebenarnya sangat berat perjuangan dalam persamaan hak ini, tapi dengan lahirnya suatu wacana pemerintah yang ingin menerapkan pendidikan multikultural, maka bagi para suku Aborigin ini adalah surga yang tidak diduga.
Keadaan penduduk Aborigin dan Salat Torres merupakan suatu keadaan yang sangat minoritas, melihat kenyataan dari hasil sensus 2011 saja ternyata masyarakat Aborigin Australia hanya sekitar 20%, sedangkan para pendatang presentasenya sangat banyak. Menempati posisi teratas, sehingga menjadikan masyarakat asli Australia berada pada posisi yang minoritas, harus patut dan tunduk. Ada usaha yang mereka lakukan untuk memperjuangkan hak, walaupun dengan kondisi yang sangat minor untuk bisa terbebas dari ketertindasan, akan tetapi hadirnya pendidikan multikultur ini sebagai angin segar bagi mereka dalam sebuah hidup yang sejahtera, yang bebas dari berbagai macam penindasan serta eksploitasi.
Pendidikan multikultur menjadi harapan baru yang membuka jendela bagi para orang Aborigin untuk hidup dan berpendidikan ditanah kelahiranya. Pendidikan yang diharapkan sangat mereka nantikan,  baik formal mapun informal. Sebagai negara yang maju maka masyarakat diberikan hak yang wajar dan dijamin aman, yang terpenting masyarakat mau bersekolah, karena pendidikan adalah hak bagi setiap warga Australia. Pendidikan adalah belajar seumur hidup, juga melibatkan partisipasi dalam masyarakat Australia, dan yang paling khusus adalah sebagai wadah untuk mencapai kesuksesan dalam segala bidang. Termasuk pendidikan multikultural.


Daftar Pustaka
Abrar, (2015). Kurikulum sejarah jenjang SMA: Sebuah Perbandingan Indonesia Australia. Jurnal pendidikan sejarah. vol. 4 No. 1 januari.
Australia kini, (2017). Australia merupakan Salah Satu Daratan Raksasa yang Tertua di Dunia. Australia Negara Terbesar Keenam di Dunia. Diunduh dari http///www.google.com Pada Tanggal 02 Bulan 10 Tahun 2017.  
Chomsky, N, (2008). Neoimperialisme Amerika Serikat (Vol. I). (D. Yanuardy, Penyunt., & E. P. Darmawan, Penerjemah.) Yogyakarta: Resist Book.
City of Sydney, (2009). Strategi Keanekaragaman Budaya 2008-2011. Pemilik: Manajer, perencanaan sosial, akses dan pengembangan masyarakat
Collins, Jock, (1991). Migrant Hands in a Distant Land. Australia’s Post ar Immigration New South Wales: Southwood Press.
Keith Banting and Will Kymlicka, (2006). Multiculturalism and the welfare state: recognition and redistribution in contemporary democracies. Oxford university press.
Kompas, (2009). 200 Tahun Tragedy Aborigin.
Mahfud, (2011). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rifa’I, A, (2015). Pendidikan Islam dan Bahasa Arab Multikultural di Madrasah. Jurnal Empirisma. Vol, 24. No, 2 Juni.
Russel ward, (1987). Autralia since coming of man, Sydney: university of new England.
Sutarno, (2017). Karakteristik pendidikan Multikultural di berbagai negara. Artikel, diambil pada halaman. https://www.google.com. Pada tanggal 2 bulan 11 tahun 2017.
Turnbull, (2017). Multicultural Australia United, Strong, Successful - Autralia’s multicultural Statement. Australian Government.
Http://indonesia.embassy.gov.au. Kedutaan besar Australia. Pada tanggal 27-10-2017.
Http://pandri-16.blogspot.co.id/2012/09. sejarah awal berdirinya Australia. Pada Tanggal 2 Bulan 10 Tahun 2017.
Http://Poskotanews.Com. Australia Ajak Warganya Lebih Sering Bersepeda ke Tempat Kerja. Pada tanggal 27-10-2017.
Http://www.australia.com/id-id/facts/history. Pada tanggal 2 bulan 10 tahun2017.
Https://id.wikipedia.org/wiki/. Australia. Pada tanggal 2 bulan 10 tahun 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Kesadaran

 Pendidikan Kesadaran Pendidikan adalah bagian penting untuk menyelamatkan bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang utuh dan berkembang, ...