Kajian Buku
Djoko Soekiman. (2014) kebudayaan Indis dari Zaman
Kompeni Sampai Revolusi. (edisi kedua).
Depok : Kumunitas Bambu.
Sejak lama sebelum
kedatangan bangsa belanda dikepulauan indonesia, orang india, cina, arab, dan
portugis, telah hadir di pulau jawa. Masing-masing membawa kebudayaannya
sendiri. Pada abad ke-16 orang belanda datang keindonesia, hanya untuk
berdagang, tetapi kemudian menjadi penguasa di indonesia. Ketika Vereenigde
Oost-indische Compagnie (VOC) jaya maka dia membangun semua fasilitas seperti
gudang penimbunan rempah-rempah, kantor dagang, benteng, tempat tinggal.
(hlm.1). yang mengakibatkan gaya hidup, bagunan rumah tredisional, fungsi
ruangnya, alat perlengkapan rumah tangga tradisional jawa mengalami perubahan.
Dengan demikian budaya barat yang disebut dengan kebudayaan indis lahir di
Indonesia dikenal dengan tujuh universal budaya. 1. Bahasa, 2. Peralatan dan
perlengkapan hidup manusia, 3. Mata pencarian hidup dan sistem ekonomi, 4.
Sistem kemasyarakatan, 5. Kesenian, 6. Ilmu pengetahuan, dan 7. Religi.
Perkembangan budaya Indis seperti pola hidup dan gaya indis berakhir bersama
dengan runtuhnya kekuasaan hindia belanda ketangan kekuasaan jepang. Tetapi
bangunan rumah gaya Indis masih banyak yang berdirikukuh hingga sekarang. Oleh karena itu, buku ini sangat tepat
sebagai referensi kajian kebudayaan indis pada zaman kompeni sampai revolusi
dengan pendekatan ilmu sejarah.
Dalam BAB perkenalan,
soekiman menjelaskan bahwa buku karangannya ini bertujuan untuk menunjukkan
bahwa dari zaman Kolonial sampai revolusi masih bisa dikaji terkait kebudayaan
indis. Buku yang terdiri dari (VI) BAB atau Bagian ini diawali dengan
penjelasan tentang kehadiran orang belanda (I), bagian kedua (II) menyajikan
pembahasan mengenai masyarakat pendukung kebudayaan indis, diantara bagianya pertama,
struktur masyarakat dan kehidupan dilihat dari aspek kognitif, aspek normative,
aspek afektif dan komposisi sosial. Kedua, kebudayaan indis. kemudian bagian
ketiga (III) berisi penjelasan gaya hidup masyarakat indis, diantaranya gaya
hidub berumah tangga dan rumahtinggal indis, kelengkapan rumah tinggal,
kehidupan keluarga sehari-hari didalam rumah, gaya hidup mewah, maupun upacara
kelahiran, pernikahan, dan kematian. Bagian keempat (IV) menjelaskan tentang lingkungan
permukiman masyarakat eropa, indis, dan pribumi diantara poin penjelsanya. A. sumber-sumber
tentang pola lingkungan pemukiman, berita dari karya tulis, sumber terulis
bangsa eropa, berita visual, karya berupa fotografi. B. mengamati senibangunan
rumah dari hasil karya seni lukis, pahat, foto, dan karya sastera. C. pola
pemukiman masyarakat indis di kota, provinsi, dan kabupaten di jawa. D. upaya
mencukupi kebutuhan perumahan kota. E. pengunaan unsure seni tradisional dalam
gaya Indis. Bagian kelima (V) menjelaskan ragam hias rumah tinggal. Dan bagian
terakhir bukunya soekiman adalah penutup, yang isinya iktisar dan saran-saran.
Selain memaparkan
sejarah kebudayaan Indis dari zaman colonial sampai revolusi dalam ilmu sejarah,
melalui buku ini soekiman ingin lebih memperdalam kajian tentang tujuh unsur
universal budaya yang belum banyak ditulis. Karena masih banyak tulisan di
dalam karya seperti: Berlage, Van De
Wall, dan Peter J.M. Nas, yang lebih fokus pada gaya bagunan secara umum.
Didalam karya mereka tidak terdapat pembahasan tentang manusia penciptanya sebagai
pendukung kebudayaan indis. Selain itu terdapat juga karya De Haan, Breton De
Nijs, Buiten Weg, dan Bea Bromer tentang kehidupan masyarakat indis. tetapi karya
mereka tidak sesuai dengan tujuh unsur universal budaya (hlm.8). jadi yang
menjadi alat (sarana) memahami kebudayaan universal dan dapat menjadi referensi
yang sangat penting untuk memahami kebudayaan indis bagi Soekiman adalah karya tulis Clyd
Cluckhohn tentang tujuh unsur budaya universal. Dan karangan dari abad ke-18
dan abad ke-20 seperti monografi, kesusateraan, kisa perjalanan, lukisan, foto
sketsa, artefak, dan seni bangunan indis. Semua sumber tersebut bermanfaat bagi
bukti munculnya kebudayaan dan peradaban Indonesia (hlm.9).
Soekiman berpendapat
bahwa masyarakat indis telah melahirkan pula kebudayaan indis. Sejalan dengan
pendapat Adolph s. tomars, dalam tulisannya yang berjudul “class systems and the arts” yang mejelaskan bahwa hadirnya golongan
masyarakat tertentu pasti akan melahirkan pula seni dan budaya tertentu
(hlm.13). selanjutnya pendukung kebudayaan indis menurut burger ada lima yaitu;
a. golongan pamong praja bangsa belanda, b. golongan pegawai Indonesia baru, c.
golongan pengusaha partikelir eropa, d. golongan akademisi Indonesia, e.
golongan menegah Indonesia yaitu para pengusaha yang mempunyai usaha dibidang
perniagaan dan kerajinan tapi golongan ini dikucilkan dan diangan (wong cilik)
orang kecil, pada hal merekalah yang berperan cukup besar mempengaruhi perubahan
kebudayaan indis di laweyan (Surakarta) dan kotagede (Yogyakarta).
Inti dari buku soekiman
sebenarnya adalah tentang proses akulturasi kebudayaan diindonesia yang di
perlihatkan sebagai kebudayaan indis adalah tidak terlepas dari adanya,
penguasa colonial, pedagang, serdadu cendekiawan belanda dan pengalaman
mahasiswa Indonesia di belanda, masyarakat budaya Indonesia, lingkungan alam
Indonesia, kebudayaan indis. Melahirkan cendekiawan, rohaniawan, arsitek,
seniman, dan guru.sehingga tujuh unsure kebudayaan belanda menjadi bagian dari
Indonesia dengan proses akulturasi.(hlm.30).
Buku kebudayaan indis
dari zaman kompeni sampai revolusi djoko soekiman mengajak setiap pembaca
menyaksikan bulan madu perkawinan budaya jawa dengan eropa di tengah situasi perang
penaklukan belanda yang penuh kekerasan dan gencar dilakukan sepanjang abad
ke-18 sampai 20. Semua terekam lengkap dengan bahasa yang popular dan sejumlah
ilustrasi berupa lukisan serta gambar, membuat buku soekiman semakin mudah
dipahami, dan menguatkan imajinasi sejarah pembacanya. Buku ini juga semakin
lengkap dengan disertakanya, daftar singkatan dan indeks di akhir buku.
Pada dasarnya semua
karya tulis terkesan tampa salah, buku Djoko soekiman merupakan hasil
penelitian untuk menyelesaikan program pendidikan doktoralnya di universitas
gadjah mada, dalam pengumpulan data penulis mengkaji beberapa sumber, baik yang
tertulis maupun dokumentasi, secara garis besar tidak ada proses wawancara
langsung kepada tokoh masyarakat, mengakibatkan penulisan ini hanya mengkaji
teks yang ada baik di dalam arsip, dokumen, foto atau gambar. Penulisan ini
juga baru dilingkungan jawa tidak dilakukan kajian dilingkugan lain seperti di
propinsi-propinsi, kabupaten, dan kota lain diseluruh Indonesia.
Kebudayaan Indis menawarkan
sebagai bacaan bagi para pelajar, mahasiswa. Yang bisa dibilang sangat lengkap
dalam memahami dan menganalisis kebudayaan indis dari masa kolonial sampai
revolusi. Didalamnya juga terdapat contoh gambar dan lukisan yang memudahkan
pembaca dalam memahami kebudayaan indis. Oleh karena itu buku ini mampu
membekali pembaca tentang imajinasi historis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar