Jumat, 26 Januari 2018

Berkutat pada Studi



Berkutat pada Studi

Studi merupakan kebutuhan bagi setiap orang, dan menjadi jalan terbaik untuk mengetahui segala yang belum pernah diketahui, studi menjadi suatu yang menyenangkan, membahagiakan, manakala seorang yang menjalaninya merasa diri serba kekurangan ilmu, dengan usaha dan tekat serta tujuan, maka akan menghantarkan orang yang belajar pada kursi keilmuan, ilmu akan bermanfaat mana kala disampaikan dan dituliskan. Kenapa kemudian dalam jenjang pendidikan ada proses yang harus dilewati karena ada suatu penempaan untuk membentuk pribadi baik dalam menyampaikan dengan proses diskusi, presentasi. Serta untuk lebih mengingatkan membuat tulisan makalah, serta skripsi, tesis dan disertasi. Menjadi sesuatu yang lumrah untuk dilewati karena disinilah pelatihan nyata yang terjadi dalam pendidikan.

Kamis, 25 Januari 2018

Turba



Turba

Konsep ini ketika membaca sejarah pernah diterapkan dalam salah satu organisasi yang terkenal di Indonesia, organisasi ini ada yang mengagap ia adalah bagian dari PKI adan juga yang mengagapnya tidak. Dan ada pula yang berpendapat ditengah-tengah. Tapi sudah tidak menjadi soal lagi namun bagaimana caranya melihat konsep turba yang dilakukan dan dijalankan oleh organisasi L E K R A (Lembaga Kebudayaan Rakyat), yang dibentuk dalam rangka untuk mendukung revolusi dan menyokong usaha membangun kebudayaan serta mencegah kemerosotan revolusi. Dalam rangka mencegah berbagaimacam persoalan baik organisasi dan masyarakat pada kongres 1 secara nasional yang diadakan di Surakarta. Pada 23 Januari 1959. Lekra mempertegas tentang arah dan sikap bahwa rakyat adalah satu-satunya pencipta kebudayaan. Kongres ketika itu juga berhasil merumuskan prinsi 1-5-1, yang artinya kerja kebudayaan yang bergariskan politik sebagai panglima dengan lima kombinasi: meluas dan meninggi, tinggi mutu ideology dan tinggi mutu artistic, tradisi baik dan kekinian revolusioner, kreativitas individual dan kearifan masa, serta realism sosial dan romantic revolusioner. Semua prinsip ini dipraktekkan dengan metode turun ke bawah (Turba). Menariknya baru-baru ini konsep ini diterapkan oleh cabang IMM Kota Bandung, dengan konsep Turba organisasi IMM Cabang Kota Bandung melahirkan banyak kader serta komisariat. Konsep yang sama ini memberi dampak yang positif bagi IMM untuk dapat diterapkan disemua tingkatan, karena dengan ini dapat membangun jiwa emosional dengan kader, membangun konsep keilmuan dengan sering bertemu, dan dapat mendengar keluhan dalam berorganisasi, sehingga dapat cepat diantisipasi masalah tersebut. Banyak hal yang bernilai positif. Tapi konsep ini harus dijadikan sebagai pedoman yang tidak semena-mena diambil begitu saja tapi melihat sikon dan kondisi serta yang mana konsep yang baik dan yang tidak. Sehingga menjadi konsep IMM yang paten. Serta dapat diterapkan disemua tingkatan organisasi IMM.
Salam Pencerahan 
IMM Cabang Kota Bandung.
Faidin Ncuhi Parewa

Rabu, 10 Januari 2018

Nasionalisme dalam pandangan (Ernest Gellner)


Nasionalisme dalam pandangan (Ernest Gellner)

Nasionalisme Menurut Ernest (1983) dalam bukunya yang berjudul “nations and nationalism” adalah:
“nationalisme is primary political principle, which  holds the political and the national unit shuld be congruent, it is a theory of political legitimacy” (Ernest Gellner, 1983).
Ditafsirkan secara bebasnya adalah nasionalisme adalah suatu prinsip politik yang paling utama, yang menyatukan aspek politik dan semua aspek di sebuah nation/negara yang seharusnya bisa berjalan beriringan, dan nasionalisme merupakan teori mengenai kekuasaan politik atau negara.
Gellner dalam menyampaikan pandangannya sangat setuju dengan konsep negara dari Webber dimana menurut Webber negara merupakan sebuah lembaga atau organisasi dalam masyarakat yang memiliki kewenangan besar untuk melakukan tindak kekerasan terhadap warga negaranya. Gellner menekankan bahwa sebuah negara akan exist saat ada kelompok pekerja di situ sehingga bisa memberikan kesempatan kepada negara untuk melakukan penegakkan peraturan kepada kelas pekerja tersebut. Gellner juga menyebut bahwa sebenarnya dalam sebuah Negara, masyarakat atau warga negaranya tidak mampu menjelaskan secara konseptual mengenai pengalaman mereka tentang apa yang dinamakan dengan nasionalisme. Karena menurut Gellner konsep tentang nasionalisme itu akan bisa terjadi saat sudah ada konsep mengenai negara, yang pada akhirnya elemen-elemen negara-lah yang membentuk secara konseptual apa itu nasionalisme.
Konsep nation/bangsa jauh lebih rumit dari kelihatannya. Memiliki bangsa tidak selamanya memiliki hubungan dengan aspek-aspek kemanusiaan, walaupun sekarang ini sudah mulai mendekati ke arah itu. Menurut Gellner, negara itu bisa saja muncul tanpa adanya bantuan dari suatu bangsa dan beberapa bangsa telah muncul tanpa adanya bantuan dari negara itu sendiri. walau berbeda namun kedua pendapat tersebut memiliki kesamaan bahwa keduanya, dan yang kedua adalah pengakuan dari anggota yang lainnya serta menjalankan tugas kewajiban berdasarkan fungsi- sungsinya.
    Teori nasionalisme Gellner yang menuntut adanya homogenitas tidak wewakili nasionalisme masyarakat Indonesia yang multibudaya, karena walaupun di Indonesia terdapat kelompok etnis yang dianggap dominan namun tidak berarti lebih berkuasa dari kelompok etnis lain. kemajemukan pada satu sisi merupakan kekayaan bangsa namun pada sisi lain bila tidak disikapi dengan bijak dan penuh toleransi dapat mengancam integrasi bangsa.

Jumat, 05 Januari 2018

Organisasi Jual Nama



Organisasi Jual Nama

Indonesia memiliki wilayah teritorial yang sangat luas, dari sabang sampai merauke. Karakteristik yang berbeda-beda, keyakina, budaya, alat, perkakas, pakaian, dll. Memberikan arti penting Indonesia menjadi suatu negara yang sangat multikultur dibandingkan dengan negara yang menggangap negaranya multikultur, seperti Kanada, Amerika, Australia, prancis. Membuktikan bahwa keberagaman ini terlihat pula dalam organasasi pergerakan, yang diantaranya HMI, PMII, KAMMI, IMM, PMKRI, LMND, dll. Menjadikan organisasi yang beragam ini memiliki kepentingan dan tujuan yang berbeda. Dalam dunia demokrasi ini dituntut bahwa organisasi pergerakan harus bebas berekpresi, dalam arti berpendapat, orasi, ausiensi, demi kebaikan bangsa. namun kenyataannya banyak diantara organisasi ini sudah tidak eksi seperti sedia kala, mengakibatkan adanya pro dan kontra didalam ruang lingkup organisasi, ini sudah menjadi masalah yang umumnya terjadi dalam organisasi. Adanya kepentingan baik pribadi dan kelompok. namun yang terjadi malah banyak diantara anggota organisasi menuntut kepentingan pribadi melalui organisasi yang ia geluti. Kepentingan demikian dituangkan melalui konsolidasi-konsolidasi dengan tokoh partai politi, dengan pemerintah. Untuk melejitimasi bahwa dia dapat mengerakan organisasinya ketika kepentingan yang ia butuhkan terpenuhi. Diantara peristiwa yang umunya terjadi ialah masalah Uang (many), dengan uang organisasi pergerakan bisa digerakkan. Tidak heran kemudian banyak pergerakan yang terjadi melalui pesanan politik. Karena pemerintah pun memiliki kepentingan untuk membuat bangsa ini aman dan tidak aman. Tergantung pada keadaan politik kepentinga.
Perdebatan tokoh-tokoh politik, ahli hukum, dimedia masa. Selalu terbesit adanya kepentingan yang tidak terlihat, oleh kacamata kuda para generasi bangsa, masyarakat dan kaum terdidik. Kepentinggan ini selalu dimanfaatkan oleh sekelompok kecil orang yang bernaung dalam organisasi pergerakan. Tidak perlu disebutkan siapa? Tetapi keadaan demikian ialah pelajaran yang sangat berharga bagi orang-orang yang tidak masuk pada ranah terselubung. Perilaku penjual nama organisasi, sama halnya menjual harga diri, itulah kata para penyair dalam lantunan emosi.!

SUMPAH PEMUDA

SUMPAH PEMUDA 

Sejarah bangsa Indonesia, tidak terlepas dari adanya perjuangan dalam satu tekat dan tujuan, membicarakan sumpah pemuda tidak kemudian melupakan manifesto politik 1925 sebagai prolog dari Belanda, manifesto ini diperjuangkan oleh para tokoh bangsa yang diantaranya, Muhammad Hatta, Nazir, Pamuntjak, Achmad Soebarjo, Soekiman Wirjosandjojo ialah mereka yang memulai Indonesia diusia yang sangat muda kala itu.
Perjuangan mereka yang berada pada lokalitas yang sangat berbeda dengan Indonesia yang serba berkecamuk. Kala itu, ketika mereka berada disana seakan ada lagit baru yang terbuka diatas kepala. Perjuangan mereka dengan organisasi indische vereniging, membuah-kan hasil yang sangat signifikan dan melalui proses panjang kemudian berubah menjadi Indonesisch Verenigig. Ketika itu istilah “Indonesier” dan kata sifat “Indonesich” sudah tenar oleh pemprakarsa politik etis seperti Profesor Van Vollenheven. Namun kata Indonesia kemudian menjadi tanah air adalah ciptaan Indonesisch Vereniging, kata Hatta, dalam memoir yang disepakati, pada majalah 16 halaman seharga 2,5 Gulden. Tidak dicantumkan nama penulis agar menjadi tulisan dengan kesepakatan bersama, Hatta menulis.
Penerbitan Hindia Poetra itu kemudian menjadi “praktek” manjur bagi para intelektual muda itu menyebarkan ide-ide antikolonial. Indonesische mulai menyebarkan ide non-kooperasi, artinya berjuang swadaya. Hatta sebagai aggota perhimpunan dikirim ke Biervielle, Prancis, dalam kongres Demokrasi Internasional. Di dalam sidang tersebut Hatta berjuang untuk mengatikan istilah “Hindia Belanda” dengan “Indonesia”.
Kemudian pada salah satu edisi Indonesia merdeka kala itu, muncul apa yang disebut sebagai Manifesto Politik 1925. Isi manifesto ialah menyangkut ketegasan sikap: (1) rakyat Indonesia sewajarnya di perintah oleh pemerintah yang dipilih mereka sendiri; (2) dalam memperjuangkan pemerintah sendiri itu tidak diperlukan bantuan dari pihak manapun dan; (3) tampa persatuan kukuh dari berbagai unsur rakyat tujuan perjungan itu sulit dicapai. Kemudian tulisan-tulisan dari Indonesia Merdeka di bawa ke-Indonesia dalam keadaan sembunyi-sembunyi untuk dijadikan bahan bacaan yang popular kala itu.
Sartono Kartodirdjo meyebut manifesto politik 1925 lebih penting daripada Sumpah Pemuda. Karena di dalamnya terdapat tiga prinsip dasar unity (persatuan) fraternity (kesetaraan), dan liberty (kemerdekaan) yang terilhami dari semangat revolusi prancis liberte, egalite, fraternite. Akan tetapi siapa yang menulis manifesto itu tidak diketahui karena dalam majalah Indonesia Merdeka tulisan tersebut tidak dicantumkan nama akan tetapi mengukuhkan kehendak semua sekumpulan intelektual muda kala itu.
Semangat yang dikobarkan ialah mengutip dari jangga Belgia Rene de Clercq. Hanya ada satu negara, yang menjadi negaraku ia tumbuh dengan perbuatan, dan perbuatan itu perbuatanku.
Penggagas kongres pemuda pertama 1926, ialah lima organisasi pemuda dan peserta per-orangan, diantaranya organisasi tersebut Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, Pelajar Minahasa, dan Sekar Roekoen. Panitia kongres ketika itu, terdiri atas 10 orang, diantaranya Bahder Djohan, Sumarto, Jan Toule Soulehuwij, Paul Pinontoan, dan Tabrani. Dari sinilah mulai dibentuk panitia inti, ketua ketika itu Tabrani mewakili Jong Java, wakil ketua Sumarto, sekretaris Djamaludin (Adinegoro), dan bendahara Suwarno.
Pada kongres pertama ini digelar pada 30 April 1926 hingga 2 mei 1926. Didalam kogres tersebut dibahas mengenai “kedudukan wanita dalam masyarakat Indonesia” pidatonya Bahder Djohan, namun lantaran ketika itu ia  terlambat datang dari Bandung, kemudian pidato tersebut dibacakan oleh Djamaludin. Ada juga yang membahas peranan agama dalam gerakan nasional yang berkesepatan pidato ketika itu ialah Paul Pinontoan. Kemudian di bahas pula soal bahasa persatuan, oleh Muhammad Yamin, yang lahir pada 23 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat. Ketika berumur 17 tahun telah Menyampaiakan  agar menjadikan bahasa melayu sebagai bahasa persatuan orang sumatera, kemudian pada ulang tahun Jong sumatrane Bond, dijakarta pada 1923, menyampaikan pula “bahasa melayu, pada masa lampau, masa sekarang, dan masa depan”. Dan puncaknya ketika ia hijrah kepulau Jawa dan ketika itu bersekolah dan kemudian ketika diadakan kogres pemuda pertama dia selaku orang yang mewakili Sumatera dan menyampaikan pidatonya yang membahas “masa depan bahasa-bahasa Indonesia dan kesusastraanya” ketika itu, Yamin, berpendapat bahwa hanya ada dua bahasa Jawa dan Melayu, yang memiliki peluang untuk dijadikan bahasa persatuan. Keyakinan Yamin dari dua bahasa tadi ialah bahasa Melayulah yang berpeluang dan berkembang sebagai bahasa persatuan. Ketika itu yang mendukung Yamin adalah Djamaludin. Namun Tabrani sebagai ketua kongres pada saat itu menentang, katanya bukannya ia tidak setuju dengan pidato Yamin. Karena jalan Tabrani ketika ialah tujuan bersama, yaitu satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa. Dalam tulisanya 45 tahun sumpah pemuda.
Tabrani, yang lahir di Pamekasan, Madura, 10 oktober 1904. Ketika muda ia menjadi ketua kongres pemuda I menanggapi pidato Yamin menurut Tabrani, kalau nusa itu bernama Indonesia, bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasa itu harus disebut bahasa Indonesia dan bukan bahasa Melayu, walaupun unsur-unsurnya Melayu. Kemudian pendapat ini sangat disepakati oleh Yamin dan Djamaludin. Kemudian usulan inilah kemudian hari pada kongres pemuda kedua menjadi pembahasan yang menarik dan menjadi suatu yang kokoh sampai saat ini.
Tabrani ketika itu, memberikan pendapat bahwa bahasa Indonesia tidak beroposisi terhadap bahasa daerah, tapi mempresentasikan “sumpah kita”. Tabrani kemudian menyampaikan satu rumusan baru:
Kita bertoempah tanah (sic) satu, jaitoe tanah (sic) indonesia,
Kita berbagsa satoe, jaitoe bangsa Indonesia,
Kita berbahasa satoe, jaitoe bahasa Indonesia.
Inilah perjuangan dan keterlibatan Tabrani yang berani dan bersikukuh pada pendapatnya yang sampai sekarang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa yang satu tidak menjadikan bangsa Indonesia terputus hubungannya akan tetapi menjadi satu tekat dan satu tujuan, sehingga menjadi bangsa yang satu yaitu bangsa Indonesia.
Secarik kertas untuk Indonesia, pada kongres pemuda II Muhammad Yamin merumuskan sendiri teks sumpah pemuda. Pada saat itu terjadi rapat Marathon dari Sabtu Sore hingga Ahad Malam, 28 Oktober 1928. Dalam konres itu lebih banyak dari kongres sebelumnya, ialah Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Indonesia, Sekar Rukun, Jong Islamieten Bond, Jong Batak, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Kaum Betawi, Pelajar Minahasa, dan Sekar Roekoen, dan utusan lain yang menyatakan sepakat dan mencentuskan Sumpah Pemuda.
Rumusan sumpah pemuda itu ditulis Yamin pada sebuah kerta ketika Mr Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir kogres. Sebagai sekretaris dalam kongres, Yamin yang duduk disebelah kiri ketua, menyodorkan secarik kertas kepada Soegondo, semberi berbisik, “saya punya rumusan resolusi yang elegan”. Kemudian Soegondo dengan rayuan dan usulan yang memukau itu, dari Yamin, pada akhirnya terpikat sehingga Soegonda  membacakan rumusan resolusi itu, lalu memandang Yamin, Yamin membalas pandagan itu dengan senyuman. Sepontan Soegondo membubuhkan paraf “setuju”. Selanjutnya soegondo meneruska usulan rumusan itu kepada Amir Sjarifuddin yang memandang Soegondo dengan mata bertanya-tanya. Soegondo mengangguk-anggruk. Amir pun memberikan paraf “setuju”. Begitu seterusnya sampai seluruh utusan organisasi pemuda menyatakan setuju.
Isi tulisan Sumpah itu ialah;
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.Kami dan  putera dan puteri Indonesia menjujung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sumpah tersebut dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin, sebagai penulisnya.
Soegondo Djojopoespito lahir dituban, Jawa Timur, 22 Februari 1905, ketika usianya 23 tahun Soehondo memimpin kongres pemuda II, dalam samputan pertama sebagai ketua, menyampaikan perumpamaan; “dua ekor anjig yang berebut tulang, tetapi tulangnya dibawa lari oleh seekor anjing lainya.” Artinya kata soegondo, ketika bangsa indonesia bercerai berai, Belandalah yang bakal meraup untung, itulah sebabnya soegondo menyerukan persatuan. “perangilah pengaruh cerai-berai dan majlah kea rah Indonesia bersatu.”
Ketika ada insiden yang dapat merusak prosesnya kogres. Maka sogondo sebagai ketua dapat melerai insiden tersebut, partama, ketika polisi belanda yang mengawasi kongres memprotes kata “merdeka” disebutkan dalam pidato peserta. “jangan gunakan kata ‘kemerdekaan’, sebab rapat mala mini bukan rapat politik dan harap harap tahu sama tahu saja,” katanya sabar pada peserta, dan disambut tepuk tangan riuh oleh peserta. Sogendo juga memiliki banyak siasat. Salah satunya ketika meminta Wage Rudolf Soepratman mendendangkan indonesia raya dengan biola pada saat penutupan yang dilaksanakan di Keramat 106 pada 28 oktober. Kenapa didendangkan tampa sair karena itulah yang paling mungkin dilakukan saat itu.
Berkat Soegondo yang ketika itu berumur 23 tahun kongres dapat melahirkan sumpah pemuda. Karena dia adalah orang hebat yang ketika itu bisa mengatur segala urusan sehingga lancar dan damai.
Kebangsaan Sunaryo
Kata Sunaryo mengutip dari filsuf Prancis Ernest Renant, artikel Qu’estce qu’une nation? Yang diartikanya menjadi “apakah bangsa itu”.
Bangsa adalah hasil historis yang ditimbulkan oleh deretan kejadian yang menuju ke satu arah. Setelah menguraikan masalah ras, bahasa, agama, keadaan alam, renant menyimpulkan bahwa bagsa itu adalah keinginan untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble). Bangsa merupakan hasil masa silam yang penuh usaha, pengorbanan dan pengabdian. Jadi bangsa itu adalah suatu solidaritas besar yang terbentuk karena adanya kesadaran bahwa orang telah berkorban banyak dan orang telah berkorban banyak dan bersedia memberikan pengorbanan lagi.
Amir Sjafruddin,
W. R. Soepratman,
Enddie Kusuma,
Johannes Leimena,
Sundari, Kartini, 

Pikiran-pikiran

Pikiran-Pikiran

Pikiran-pikiran terus melayang, kocar-kacir hidup di dunia tampa tiang, membuktikan kekuasaan ilahi robbi (pencipta alam raya). Setiap saat pasti ada perubahan, baik sisi depan, belakang, samping kiri, dan kanan. Masa lalu yang gemilang, masa lalu yang sengsara, masa sekarang begini-begini saja, dan masa depan penuh harapan dan tekat untuk mencapai tujuan. Cerita orang besar dan orang kecil, menjadi suatu cerita yang penuh pertentangan. Ketidak nyamanan dalam hidup melahirkan peperangan yang bertujuan saling menguasai dan berkuasa. Membunuh menjadi hal yang biasa. Kebiasaan buruk ini menjadi sesuatu yang sering terjadi, berakibat datangnya wabah penyakit, korban berjatuhan dimana-mana, obat-obat penawar sulit didapatkan.
Hidup pemuda dalam kesehariana menjadi hampa dan sengsara. Tampa taburan garam yang membedakan mana yang hak dan batil. Kebatilan terus melanda, sehingga tersusun rapi dalam kelompok yang komitmen. Dapat merusak yang hak yang tidak teratur. Orientasi kekompakan tercermin pada suatu organisasi. Memiliki anggota yang dituntut untuk melaksanakan tujuan, visi, misi. Merupakan  amanah organisasi. Amanah sesuatu yang fulgar, dalam pikiran manusia. Sudah tidak asing lagi ditelingga pemuda. Pemuda memang naïf dalam segala hal, naïf tidak dapat mencapai suatu keteraturan, keterbukaan.
Suatu konsekwen didalam kehidupan.
Yang direngut kuasa berlapis baja.
Alangkah indah ketika berpikir dan membaca secara nyata kehidupan dengan makna kebaikan semata.  Tapi jangan lupa  tidak selamanya hidup itu baik tentu ada timbangan yang harus dilewati sebgaimana kita sebagai konsumen membeli sama pedagang. maka ibaratkanlah kita membeli kebaikan pada yang kuasa yang sudah mengatur dan menyiapkan tempat untuk kita. tempat itu bukan dibeli dengan materi akan tetapi kita beli dengan tindakan nyata dalam mengarap ridonya. makan pikiran kita harus fokus pada satu arah yaitu tujuan nyata yang tidak bisa digantikan oleh apapun kecuali pencipta yang memberikannya.
sudah cukup bergurau.!
sudah cukup melamun.!
sudah cukup berdiam!
mati bergerah dalam poros mengaharap ridonya.
roda akan berputar ketika kita memutarnya ketika kita mengendarainya. begitu juga rahmat dan kebaikan harus kita putar dan kita jalankan dalam jalan yang lurus dengan cara tunduk dan karaub illallah pada pencipta alam semesta.


Betulkah Indonesia Multikultural



Betulkah Indonesia Multikultural
Narasi besar yang selalu menghampiri bangsa Indonesia tidak dapat dibendung seperti Belanda mendirikan tembok untuk mengahdang lautan, sudah tidak bisa dihadang seperti mendirikan tembok yang tinggi dan panjang seperti tembo China, dan sudah tidak bisa ditahan oleh benteng-benteng pertempuran. Logika, nalar, dan cara berpikirlah yang harus dirubah, dengan cara ini ada kemungkinan bisa berubah dan dapat mempertahan keaslian budaya. Banyak orang bicara soal bhineka, multikultur, kesetaraan. Namun tidak memaknai konteks tersebut. susah rasanya bangsa ini berubah. Jikalau masalah masyarakat belum dapat belajar dari masalalunya. Karena sulis merumuskan, namun keajaibanlah yang dapat merubahnya. Akan tetapi seharusnya dilatih dan dilatih agar pengetahuan dan keterampilan seimbang dan terencana.
Perdebatan-perdebatan yang senggit terjadi diantara parpol-parpol, partai politik, ahli hukum, pakar ilmu komunikasi, politik, pengacara dan ahli pendidikan, sampai pada hakim. Yakin memiliki perbedaan akan saja ada tetapi rasanya sudah. masyarakat terlalu memberikan longgar dan merusak sekolah dan menjadi konteks penelitian yang kontinuitas dan komunitas masyarakat.
 

Selasa, 02 Januari 2018

Nasionalisme Ala (Anderson)



Nasionalisme Ala (Anderson)

Sejarah singkat tengan Bwnwdict Anderson, ia lahir di Kunming, 26 Agustus 1936 dan meninggal di Batu, Malang, 12 Desember 2015 pada umur 79 tahun. Ia adalah professor emeritus dalam bidang studi internasional di Universitas Cornell. Ia paling terkenal karena bukunya tentang Imagined Communities. Di buku tersebut secara sistematis ia menggambarkan, dengan menggunakan pendekatan material histori atau Marxis, serta menjelaskan faktor-faktor utama yang menyebabkan munculnya nasionalsime di dunia selama tiga abad terakhir. Ia juga secara luas sebagai pakar sejarah politik Indonesia pada abad ke-20.
Benedict Anderson, memandang nasionalisme sebagai solidaritas gaya baru yang berbeda dari zaman pra-modern yang berbasisi “tatap muka melainkan solidaritas yang bersifat abstrak karena berdasarkan pada kesamaan kesadaran akan sebuah imagined community. Benedict Anderson ketika menjelaskan identitas kebangsaan. Ia menggunakan cara berpikir antropologis, dengan mengusulkan definisi tentang bangsa (nation), yaitu komunitas politis dan dibayngkan sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan (Anderson, 2001). Anderson mempertegas bahwa bagsa adalah sesuatu yang terbayang, karena para anggota bangsa sekecil apa pun tidak bakal tahu dan takkan kenal sebagian besar anggota lain, tidak akan bertatap muka dengan mereka itu, bahkan mungkin tidak pula pernah mendengar tentang mereka. Namun dibenak setiap orang yang menjadi anggota bangsa itu hidup dengan adanya sebuah bayangan tentang kebersamaan mereka.
Benedict Anderson menggaris bawahi, bangsa menjadi suatu proyek untuk dikerjakan, diolah. Sehingga bangsa menjadi suatu mode of existence (modus eksistensi). Bangsa menjadi suatu proyeksi ke depan dan sekaligus ke belakang oleh karena itu “hadir” dalam proses formasi sebagai suatu historical being (makhluk sejarah) sebagaimana dikatakan “komunitas-komunitas terbayang”. Jadi, menurut Benedict Anderson bangsa bukan suatu political community (komunitas politik),  akan tetapi imagined political community (membayangkan komunitas politik) dan semakin ditekankan lagi ketika dikatakan sebagai imagined as sovereign (dibayangkan sebagai berdaulat), dan imagined as limited (dibayangkan terbatas), dan imagined as community (dibayangkan sebagai komunitas).
    Benedict Anderson (2001: 215) juga menekankan tetap pentingnya nasionalisme bagi bangsa Indonesia, dalam pengertian tradisional. Salah satu yang mendesak di Indonesia dewasa ini adalah adanya apa yang disebut sebagai “deficit nasionalisme”, yakni semakin berkurangnya semangat nasionalisme, lebih-lebih di kalangan mereka yang kaya dan berpendidikan. Untuk itu Benedict Anderson menganjurkan pentingnya ditumbuhkan kembali semangat nasionalis sebagaimana yang dulu hidup secara nyata di kalangan para pejuang pergerakan dan revolusi. Ia mengusulkan dibinanya semangat “nasionalisme kerakyatan” yang sifatnya bukan elitis melainkan memihak ke masyarakat luas, khususnya rakyat yang lemah dan terpinggirkan. Salah satu ciri pokok dari nasionalisme kerakyatan itu adalah semakin kuatnya rasa kebersamaan senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa (Anderson, 2001: 214-215). Ia mensinyalir bahwa para pemimpin yang ada sekarang ini tidak memiliki jiwa partiotik, sebagiamana Nampak dalam keputusan-keputusan yang mereka buat serta dalam perilaku sosial, ekonomi dan politik mereka.
 Benedict Anderson menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa ikatan kebangsaan demikian kuat adalah adanya akar cultural yang mendekati religious, yang menopang kuminitas tersebut. faktor utama kebangkitan kebangsaan sebagai kekuatan cultural yang besar sejak awal abad XX adalah pudarnya dua bentuk komunitas imajiner lainnya, yaitu komunitas agama dan kerajaan.

Pendidikan Kesadaran

 Pendidikan Kesadaran Pendidikan adalah bagian penting untuk menyelamatkan bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang utuh dan berkembang, ...