Selasa, 02 Januari 2018

Nasionalisme Ala (Anderson)



Nasionalisme Ala (Anderson)

Sejarah singkat tengan Bwnwdict Anderson, ia lahir di Kunming, 26 Agustus 1936 dan meninggal di Batu, Malang, 12 Desember 2015 pada umur 79 tahun. Ia adalah professor emeritus dalam bidang studi internasional di Universitas Cornell. Ia paling terkenal karena bukunya tentang Imagined Communities. Di buku tersebut secara sistematis ia menggambarkan, dengan menggunakan pendekatan material histori atau Marxis, serta menjelaskan faktor-faktor utama yang menyebabkan munculnya nasionalsime di dunia selama tiga abad terakhir. Ia juga secara luas sebagai pakar sejarah politik Indonesia pada abad ke-20.
Benedict Anderson, memandang nasionalisme sebagai solidaritas gaya baru yang berbeda dari zaman pra-modern yang berbasisi “tatap muka melainkan solidaritas yang bersifat abstrak karena berdasarkan pada kesamaan kesadaran akan sebuah imagined community. Benedict Anderson ketika menjelaskan identitas kebangsaan. Ia menggunakan cara berpikir antropologis, dengan mengusulkan definisi tentang bangsa (nation), yaitu komunitas politis dan dibayngkan sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan (Anderson, 2001). Anderson mempertegas bahwa bagsa adalah sesuatu yang terbayang, karena para anggota bangsa sekecil apa pun tidak bakal tahu dan takkan kenal sebagian besar anggota lain, tidak akan bertatap muka dengan mereka itu, bahkan mungkin tidak pula pernah mendengar tentang mereka. Namun dibenak setiap orang yang menjadi anggota bangsa itu hidup dengan adanya sebuah bayangan tentang kebersamaan mereka.
Benedict Anderson menggaris bawahi, bangsa menjadi suatu proyek untuk dikerjakan, diolah. Sehingga bangsa menjadi suatu mode of existence (modus eksistensi). Bangsa menjadi suatu proyeksi ke depan dan sekaligus ke belakang oleh karena itu “hadir” dalam proses formasi sebagai suatu historical being (makhluk sejarah) sebagaimana dikatakan “komunitas-komunitas terbayang”. Jadi, menurut Benedict Anderson bangsa bukan suatu political community (komunitas politik),  akan tetapi imagined political community (membayangkan komunitas politik) dan semakin ditekankan lagi ketika dikatakan sebagai imagined as sovereign (dibayangkan sebagai berdaulat), dan imagined as limited (dibayangkan terbatas), dan imagined as community (dibayangkan sebagai komunitas).
    Benedict Anderson (2001: 215) juga menekankan tetap pentingnya nasionalisme bagi bangsa Indonesia, dalam pengertian tradisional. Salah satu yang mendesak di Indonesia dewasa ini adalah adanya apa yang disebut sebagai “deficit nasionalisme”, yakni semakin berkurangnya semangat nasionalisme, lebih-lebih di kalangan mereka yang kaya dan berpendidikan. Untuk itu Benedict Anderson menganjurkan pentingnya ditumbuhkan kembali semangat nasionalis sebagaimana yang dulu hidup secara nyata di kalangan para pejuang pergerakan dan revolusi. Ia mengusulkan dibinanya semangat “nasionalisme kerakyatan” yang sifatnya bukan elitis melainkan memihak ke masyarakat luas, khususnya rakyat yang lemah dan terpinggirkan. Salah satu ciri pokok dari nasionalisme kerakyatan itu adalah semakin kuatnya rasa kebersamaan senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa (Anderson, 2001: 214-215). Ia mensinyalir bahwa para pemimpin yang ada sekarang ini tidak memiliki jiwa partiotik, sebagiamana Nampak dalam keputusan-keputusan yang mereka buat serta dalam perilaku sosial, ekonomi dan politik mereka.
 Benedict Anderson menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa ikatan kebangsaan demikian kuat adalah adanya akar cultural yang mendekati religious, yang menopang kuminitas tersebut. faktor utama kebangkitan kebangsaan sebagai kekuatan cultural yang besar sejak awal abad XX adalah pudarnya dua bentuk komunitas imajiner lainnya, yaitu komunitas agama dan kerajaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pendidikan Kesadaran

 Pendidikan Kesadaran Pendidikan adalah bagian penting untuk menyelamatkan bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa yang utuh dan berkembang, ...