Nasionalisme Ala (Anderson)
Sejarah singkat tengan Bwnwdict Anderson, ia lahir
di Kunming, 26 Agustus 1936 dan meninggal di Batu, Malang, 12 Desember 2015
pada umur 79 tahun. Ia adalah professor emeritus dalam bidang studi
internasional di Universitas Cornell. Ia paling terkenal karena bukunya tentang
Imagined Communities. Di buku
tersebut secara sistematis ia menggambarkan, dengan menggunakan pendekatan material histori atau Marxis, serta menjelaskan
faktor-faktor utama yang menyebabkan munculnya nasionalsime di dunia selama
tiga abad terakhir. Ia juga secara luas sebagai pakar sejarah politik Indonesia
pada abad ke-20.
Benedict Anderson, memandang nasionalisme sebagai
solidaritas gaya baru yang berbeda dari zaman pra-modern yang berbasisi “tatap
muka melainkan solidaritas yang bersifat abstrak karena berdasarkan pada
kesamaan kesadaran akan sebuah imagined
community. Benedict Anderson ketika menjelaskan identitas kebangsaan. Ia
menggunakan cara berpikir antropologis, dengan mengusulkan definisi tentang
bangsa (nation), yaitu komunitas
politis dan dibayngkan sebagai sesuatu yang bersifat terbatas secara inheren sekaligus berkedaulatan
(Anderson, 2001). Anderson mempertegas bahwa bagsa adalah sesuatu yang
terbayang, karena para anggota bangsa sekecil apa pun tidak bakal tahu dan
takkan kenal sebagian besar anggota lain, tidak akan bertatap muka dengan
mereka itu, bahkan mungkin tidak pula pernah mendengar tentang mereka. Namun
dibenak setiap orang yang menjadi anggota bangsa itu hidup dengan adanya sebuah
bayangan tentang kebersamaan mereka.
Benedict Anderson menggaris bawahi, bangsa menjadi
suatu proyek untuk dikerjakan, diolah. Sehingga bangsa menjadi suatu mode of existence (modus eksistensi). Bangsa
menjadi suatu proyeksi ke depan dan sekaligus ke belakang oleh karena itu “hadir” dalam proses formasi sebagai
suatu historical being (makhluk
sejarah) sebagaimana dikatakan “komunitas-komunitas terbayang”. Jadi, menurut Benedict
Anderson bangsa bukan suatu political
community (komunitas politik), akan
tetapi imagined political community (membayangkan
komunitas politik) dan semakin ditekankan lagi ketika dikatakan sebagai imagined as sovereign (dibayangkan
sebagai berdaulat), dan imagined as
limited (dibayangkan terbatas), dan imagined
as community (dibayangkan sebagai komunitas).
Benedict Anderson (2001: 215) juga menekankan
tetap pentingnya nasionalisme bagi bangsa Indonesia, dalam pengertian
tradisional. Salah satu yang mendesak di Indonesia dewasa ini adalah adanya apa
yang disebut sebagai “deficit
nasionalisme”, yakni semakin berkurangnya semangat nasionalisme,
lebih-lebih di kalangan mereka yang kaya dan berpendidikan. Untuk itu Benedict Anderson
menganjurkan pentingnya ditumbuhkan kembali semangat nasionalis sebagaimana
yang dulu hidup secara nyata di kalangan para pejuang pergerakan dan revolusi.
Ia mengusulkan dibinanya semangat “nasionalisme kerakyatan” yang sifatnya bukan
elitis melainkan memihak ke masyarakat luas, khususnya rakyat yang lemah dan
terpinggirkan. Salah satu ciri pokok dari nasionalisme kerakyatan itu adalah
semakin kuatnya rasa kebersamaan senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa
(Anderson, 2001: 214-215). Ia mensinyalir bahwa para pemimpin yang ada sekarang
ini tidak memiliki jiwa partiotik, sebagiamana Nampak dalam keputusan-keputusan
yang mereka buat serta dalam perilaku sosial, ekonomi dan politik mereka.
Benedict
Anderson menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa ikatan kebangsaan demikian
kuat adalah adanya akar cultural yang mendekati religious, yang menopang
kuminitas tersebut. faktor utama kebangkitan kebangsaan sebagai kekuatan
cultural yang besar sejak awal abad XX adalah pudarnya dua bentuk komunitas
imajiner lainnya, yaitu komunitas agama dan kerajaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar