Betulkah Indonesia
Multikultural
Narasi besar yang
selalu menghampiri bangsa Indonesia tidak dapat dibendung seperti Belanda
mendirikan tembok untuk mengahdang lautan, sudah tidak bisa dihadang seperti
mendirikan tembok yang tinggi dan panjang seperti tembo China, dan sudah tidak
bisa ditahan oleh benteng-benteng pertempuran. Logika, nalar, dan cara
berpikirlah yang harus dirubah, dengan cara ini ada kemungkinan bisa berubah dan
dapat mempertahan keaslian budaya. Banyak orang bicara soal bhineka,
multikultur, kesetaraan. Namun tidak memaknai konteks tersebut. susah rasanya
bangsa ini berubah. Jikalau masalah masyarakat belum dapat belajar dari
masalalunya. Karena sulis merumuskan, namun keajaibanlah yang dapat merubahnya.
Akan tetapi seharusnya dilatih dan dilatih agar pengetahuan dan keterampilan
seimbang dan terencana.
Perdebatan-perdebatan
yang senggit terjadi diantara parpol-parpol, partai politik, ahli hukum,
pakar
ilmu komunikasi, politik, pengacara dan ahli pendidikan, sampai pada
hakim. Yakin memiliki perbedaan akan saja ada tetapi rasanya sudah.
masyarakat terlalu memberikan longgar dan merusak sekolah dan menjadi
konteks penelitian yang kontinuitas dan komunitas masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar